Siapa yang tidak kenal dengan Septian Dwi Cahyono, aktor pantomim sekaligus pelawak kondang tanah air tersebut berbagai ilmu dengan 300 guru seni budaya jenjang SD dan SMP.
“Hal yang paling penting mengenalkan pantomim ke anak, para guru harus mampu memahami dunia anak dengan imajinasinya”, tutur Septian, siang tadi Sabtu (30/09) di gedung aula Bung Tomo Kantor Dispendik Surabaya.
Pada kesempatan ini, Septian mengungkapkan pantomim adalah sebuah hal yang berkaitan erat dengan bermain imajinasi karena selalu menampilkan benda-benda yang imajiner. Munurutnya, untuk dapat bermain pantomim secara baik guru juga harus mampu mendorong anak untuk percaya diri.
“Pantomim ini naluri manusia, kalau laper ya laper, kalau marah ya marah, jadi tidak ada batasan”.
Ia berpesan dalam mengikuti lomba seperti FLS2N guru hanya mengarahkan susuai dengan juknis yang ada, sedangkan keterampilan bermain pantomim dapat disesuaikan dengan daya imajinatif anak.
“Pantomim adalah hal yang ekspresif, biarkan secara alami berkembang sesuai daya kreatifitas anak”.
Sementara itu, Kasi Kesenian dan Olahraga Pendidikan Damaris Padmiasih menjelaskan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan guru seni budaya agar mampu membimbing para siswa untuk meningkatkan prestasinya.
Damaris juga menjelaskan bahwa pendidikan seni budaya di sekolah memiliki keunikan, keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.
“Pendidikan seni budaya memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Oleh sebab itu, bakat dan potensi anak harus terus dikembangkan sesuai dengan kemampuannya”. (Humas Dispendik Surabaya)