Animo pelajar di Surabaya untuk melakukan penelitian dan menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat, semakin meningkat. Itu terlihat dari jumlah pelajar di Kota Pahlawan yang mengikuti ajang Surabaya Young Scientist Competition (SYCS) 2014 alias lomba peneliti muda yang digelar Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya di Gedung Perpustakaan Bank Indonesia, Rabu (24/9).
Tahun ini, ada 217 pelajar SMP, SMA dan SMK se-Surabaya yang berani menampilkan karya-karya penelitiannya. Di bidang matematika ada 23 pelajar yang turut memamerkan hasil peneilitiannya, fisika ada 24 pelajar dengan hasil penelitiannya, ekologi ada 151 karya penelitian yang ditampilkan dan komputer terdapat 19 karya penelitian siswa. “Total ada 217 pelajar yang mengikuti SYCS”, Ungkap Aries Hilmi Kasi Kesiswaan Dikmenjur Dispendik Surabaya.
Kepala Dispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM menerangkan SYCS 2014 merupakan ajang tahunan yang digelar oleh Dispendik Surabaya dalam mengembangkan bakat dan potensi siswa terutama di bidang akademik. Pengembangan potensi siswa perlu mendapatkan saluran yang sesuai dengan bakatnya, melalui SYCS para siswa dapat menuangkan hasil-hasil penelitiannya kemudian untuk dilombakan. “Tahun ini telah diberangkat tiga pelajar surabaya mengikuti penelitia belia tingkat internasional di Taiwan, salah satunya Nara penemu helm berpendingin”.
Salah satu peserta yang mengikuti ajang ini adalah Nurul Jadid dan Rusiaya Ayu Sundari. Keduanya merupakan siswa kelas 9 SMPN 41. Mereka mengikuti bidang matematika dengan membuat alat hitung pengunjung perpustakaan menggunakan sensor laser. “Kalau cara manual selama ini hanya mencatat nama di buku pengunjung. Tapi, kan tidak semua orang mau nulis. Jadi, susah menghitung rata-rata jumlah pengunjung perpustakaan setiap hari,” katanya.
Dengan sensor sinar laser yang dipasang di pintu masuk perpustakaan, alat ini bisa menghitung secara otomatis berapa jumlah pengunjung yang masuk. Apalagi, sinar laser ini dihubungkan dengan kalkurator barisan aritmatika untuk menunjukkan angka secara real time.
Alat ini pun bisa diatur untuk menghitung pengunjung yang masuk satu per satu atau secara rombongan. “Bisa diatur sesuai keinginan cara menghitungnya. Tapi, karena untuk lomba peneliti belia ini, kami atur menghitung satu per satu yang masuk. Kalau rombongan lima orang yang masuk jadi tidak bisa dihitung,” jelasnya. Dia mengaku, alat ini dibuat dalam waktu dua minggu.
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini yang hadir untuk membuka acara, menyampaikan harapan besarnya agar siswa-siswi di Surabaya terus aktif menghidupkan keingintahuan melalui pengamatan terhadap lingkungan yang kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan penelitian dan mengaplikasikan ilmu yang didapat di sekolah.
“Saya senang tahun ini pesertanya semakin banyak. Harapan saya, temuannya aplikatif dan problem solving sehingga bisa bermanfaat bagi banyak orang. Saya ingin di Surabaya lahir peneliti muda yang sukses dan temuannya dipakai industri dunia,” tegas walikota yang lantas disambut tepuk tangan oleh ratusan pelajar.
Risma berharap para pelajar di Surabaya tidak hanya menjadikan aktivitas penelitian sebagai tugas sekolah, praktik ataupun sekadar untuk mengikuti lomba. Lebih dari itu, walikota menekankan, image yang selama ini muncul bahwa menjadi peneliti itu kurang pergaulan (kuper) dan tidak ada duitnya, dengan sendirinya akan terhapus. Sebab, bila produk hasil penelitian memang menarik dan berguna, itu akan bisa menjadi sumber penghasilan bagi si peneliti.
Walikota mencontohkan kisah sukses Linus Nara yang ketika masih berstatus siswa SMP Petra 5 Kelas 9, berhasil membuat produk helm berpendingin. Helm berpendingin tersebut kemudian diproduksi massal dan sudah dikontrak perusahaan sehingga membuat Nara kebanjiran hasil royalti produknya.
“Penemu Twitter (Jack Dorsey), hasil temuannya awalnya juga hanya dipakai di kampusnya saja. Kini, dia sudah jadi salah satu orang terkaya di dunia. Jadi tidak benar kalau jadi peneliti itu minim penghasilan karena lama di laboratorium. Saya tahu ini sulit, tetapi selama kalian punya kemauan, kalian akan bisa,” sambung walikota.
Walikota pemilik gelar magister manajemen pembangunan kota di ITS Surabaya ini juga mengingatkan para guru dan kepala sekolah agar melaporkan ke Dinas Pendidikan bila ada hasil penelitian yang bagus.
“Kalau hasil penelitiannya bagus harus segera dipatenkan, daripada diambil orang lain. Ibu siap membantu hak patennya. Intinya kita akan terus bina anak-anak ini,” imbuh walikota.
Sebelum membuka acara, walikota didampingi Asisten IV Sekkota Surabaya, Eko Hariyanto, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, Ikhsan dan Kabag Humas Pemkot Surabaya, Muhamad Fikser, meninjau beberapa poster hasil penelitian siswa-siswi yang dipajang di ruang tengah Perpustakaan Bank Indonesia. Selain menanyakan hasil penelitian, walikota juga memotivasi para pelajar untuk terus belajar dan mengembangkan minat dalam penelitian. (Humas Dispendik Surabaya)