Kesenian tradisional mulai diminati sejumlah anak. Seperti seni dalang yang ditekuni oleh Berliandra Alfirca. Siswa asal SMPN 4 tersebut bersama timnya tengah mengikuti lomba dalang cilik yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya, tadi (04/05).
Kasi Kesenian dan Olahraga Damaris Padmiasih mengemukakan bahwa lomba dalang cilik merupakan sebuah pembinaan dalam memberikan suntikan semangat bagi para dalang cilik maupun dalang remaja, sehingga kita berharap hal ini mampu mendorong para dalang cilik dan dalang remaja uuntuk meningkatkan prestasinya baik diajang festival dalang tingkat provinsi maupun nasional. Membangkitkan kesenian pedalangan dengan melakukan pelatihan dan pembinaan terhadap anak-anak yang punya potensi dibidang seni dalang ini sangat diperlukan. Seperti pementasan dalang cilik yang dipentaskan pada malam hari ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan masyarakat khususnya anak-anak terhadap seni pewayangan.
“Para peserta merupakan gabungan dari beberapa sekolah, total ada 160 siswa yang mengikuti lomba”.
Sementara itu, dalang cilik Alif Satria Dirgantara (12), siswa kelas 6 SD Jemur Wonosari 2 Surabaya telah belajar seni pendalangan selama 3 tahun terakhir.
Kecintaan bocah yang sering mengikuti lomba dalang di berbagau daerah ini pada seni mendalang sejak ia menerima wayang kebanggann kakeknya.
“Belajar awalnya dari kakek, sampai akhirnya ikut sanggar dan sering tampil bawa wayangnya kakekKeinginannya menekuni seni dalang ini juga karena kecintaannya pada kakeknya dan ingin meneruskan profesi kakeknya sebagai dalang. Selain melatih fisiknya dalam memainkan wayang, Alif juga harus mempelajari dialog dalam mendalang”.
Paling susah itu belajar murwa atau pelungan (suluk pembuka pedalangan), nyandra janturan (deskripsi jejer adegan pertama) dan pocapan (narasi adegan), suluk (puisi padalangan),” terangbputa pertama pasangan Supriadi dan Riwik Uji Utami memaparkan sastra pewayangan yang sempat ia pelajari.
Dunia pewayangan menurutnya merupakan sesuatu yang unik dan menarik. Hingga saat ini ia telah menguasai 10 cerita pewayangan.
“Kalau saat ini saya membawakan cerita Bimasagu, ini ceritanya tentang kepedulian bima dalam mencari ilmu dari sang guru durna,”terangnya.
Juri perlombaan, Dharmono Saputro menjelaskan, tahun ini peminat seni dalang semakin meningkat. Terlihat dari peserta lomba tahun ini sebanyak 7 dalang, sedangkan tahun lalu hanya ada 4 dalang.
“Jumlah ini sudah lumayan banyak, karena di Surabaya ini miskin sanggar seni untum anak-anak khususnya Dalang,”lanjut pria yabg juga dosen di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatik (STKW) Surabaya.
Rata-rata 7 dalang yang mengikuti lomba menurutnya sudah memenuhi syarat sebagai dalang bocah. Sebab mereka telah mampu menonjolkan kemampuan dalam mengungkapkan kesenian. “Mereka bisa mngemas cerita dengan runut dan apik sehingga bisa dinikmati penonton” terangnya.
Pemenang lomba ini, dikatakannya akan melanjutkan untuk lomba di tingkat provinsi dan nasional. Didampingi tim karawitan yang juga melengkapi penampilannya saat lomba. (Humas Dispendik Surabaya)