Tutor pendidikan kesetaraan mulai dari Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA di Kota Surabaya mendapat pelatihan tentang implementasi kontekstualisasi penerapan Kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan. Total tutor yang menjadi peserta pelatihan sebanyak 400 orang. Mereka dilatih selama empat hari mulai Rabu (08/08/2018) sampai Sabtu (11/08/2018).
Dalam profesi ketutoran dikenal istilah kompetensi. Tutor harus memiliki kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan mendidik, mengajar, dan melatih warga belajar. Untuk menilai tutor itu berkualitas atau tidak, dapat dilihat dari kompetensi. Ada empat kompetensi yang dimiliki tutor, pedagogik, kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Ikhsan menyatakan, pendidikan kesetaraan saat ini bukan sebagai pelengkap atau tangga darurat bila ada masalah. Pendidikan kesetaraan telah menjadi pilihan masyarakat. Agar pendidikan keteraan di Kota Surabaya siap bersaing, para tutor atau instruktur dan pengelolanya harus mengembangkan diri. “Jangan lagi jadi pelengkap-pelengkap. Harus siap bersaing,” katanya saat membuka acara.
Ikhsan mencontohkan bagaimana pendidikan kesetaraan sudah menjadi pilihan. “Ada orang dengan banyak prestasi. Orang ini dari pagi sampai siang memiliki kegiatan. Untuk peningkatan akademik, orang berprestasi ini memilih pendidikan kesetaraan di waktu sore sampai malam,” urainya.
Menurut Ikhsan, sudah waktunya pendidikan kesetaraan berubah ke arah yang lebih baik. Apalagi, aturan di pusat sudah diperketat dan tidak ada lagi pemakluman-pemakluman. “Makanya terus kami dorong untuk meningkatkan kemampuan para tutor dan pengelolanya. Ini untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki daya saing,” katanya.
Salah satu materi yang diberikan kepada para tutor pendidikan kesetaraan ialah tentang penguatan pendidikan karakter (PPK). Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Martadi ditunjuk sebagai narasumber PPK.
Dalam paparannya, Martadi mengutip ide-ide para pendiri bangsa seperti Bung Hatta dan Ki Hajar Dewantara. “Mengutip ucapan Bung Hatta: kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun, tidak jujur itu sulit diperbaiki,” ungkapnya. Hal tersebut, lanjut Martadi, merupakan bukti pentingnya pendidikan karakter. (Humas Dispendik Surabaya)