Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya punya cara jitu untuk mempermudah implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang menjadi salah satu program prioritas pemerintah. Agar guru, siswa, dan masyarakat mudah menghafal lima nilai karakter utama dalam PPK, Dispendik membuat akronim yang unik, yakni Rena Mangan Gotri (religiusitas, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas).
Rena Mangan Gotri tersebut disampaikan Kepala Dispendik Kota Surabaya Ikhsan saat membuka acara bimbingan teknis (Bimtek) pengimbasan program PPK kepala sekolah dan pengawas sekolah, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud di aula SMP Dharma Mulya, Selasa (07/08/2018). “Lebih mudah menghafal lima nilai pendidikan karakter dengan Rena Mangan Gotri,” katanya.
Ikhsan menjelaskan, implementasi pendidikan karakter di Surabaya sudah diterjemahkan dengan hal-hal yang sederhana. Salah satu contoh adalah menjadikan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib. Pemilihan Pramuka tersebut berdasar kesepakatan bersama setelah mempelajari buku pendidikan karakter yang banyak dan tebal-tebal.
“Alhamdulillah, ketika itu bertemu Mendikbud Pak Nuh, ngobrol. Dan beberapa bulan kemudian Kemendikbud mengeluarkan surat edaran (SE) ekstrakurikuler Pramuka wajib. Tapi Surabaya sudah jalan,” terangnya.
Seiring berjalannya waktu, lanjut Ikhsan, ada perkembangan dengan memasukkan karakter-karakter baik seperti adab, tata krama, serta sopan santun agar sampai kepada anak-anak. Akhirnya, semua itu masuk ke dalam Surabaya Belajar. “Karena di Surabaya bukan saja soal urusan akademik, tapi juga mengembangkan karakter baik anak-anak serta tiap sekolah memiliki kompetensi sesuai dengan minat bakat anak. Itu berjalan terus,” jelas Ikhsan.
Selain itu ada juga program Ngosek Bareng. Menurut Ikhsan, kegiatan membersihkan kamar mandi atau toilet tersebut ternyata memuat lima nilai karakter utama dalam PPK. “Ngosek Bareng itu nilai religiusitasnya di mana? Kebersihan sebagian dari iman, nasionalismenya cinta lingkungan, mandirinya dapat, gotong royong dengan kerja sama, integritasnya tidak ditunggui guru kegiatan tetap jalan,” ungkapnya.
Dengan pengalaman tersebut, Ikhsan meminta kepada kepala sekolah, guru, maupun pengawas tidak gugup bila mendapat ilmu baru. “Silakan cek terlebih dahulu dengan yang sudah dilakukan di sekolah-sekolah Surabaya. Kita itu sudah praktiknya, tinggal memasukkan teorinya,” pesan Ikhsan.
Kasie Tenaga Kependidikan Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Dzaky F. Surapranata mengatakan, Bimtek pengimbasan PPK untuk Kota Surabaya diberikan kepada 23 kepala sekolah dan 2 pengawas sekolah. Mereka berasal dari 10 SMP negeri dan 13 SMP swasta.
“Diharapkan setelah mengikuti Bimtek pengimbasan PPK, ada 23 sekolah baru yang dulunya belum menjadi pembiasaan dijadikan budaya. Harapan kami juga, Kota Surabaya bisa mengimbaskan ke sekolah-sekolah lain,” tuturnya.
Dzaky mengungkapkan, program PPK diadakan untuk menyiapkan generasi emas Indonesia tahun 2045 atau genap 100 tahun Indonesia merdeka. Hal itu tidak lepas dari kecenderungan kondisi degradasi moralitas, etika, budi pekerti anak bangsa belakangan ini. “PPK ini untuk pembiasaan sejak dini yang melibatkan satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat,” katanya.
Sejatinya, lanjut dia, PPK bukan kurikulum baru, juga bukan kegiatan baru. Ini turunan dari zaman 2010 lalu yang bernama Pendidikan Karakter Bangsa. “Hanya saja dulu dulu 8 nilai, sekarang dikristalisasi menjadi 5 nilai utama, yakni religiusitas, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas,” tandasnya.
Salah satu fasilitator Bimtek Pengimbasan PPK, Agustina Susi Utami menyatakan, Bimtek ini untuk percepatan pengimbasan program PPK. Sebagai fasilitator daerah (fasda), dia bertugas mengimbaskan hasil latihan yang pernah didapat di Jakarta. “Saya kali mengikuti. Pertama sekitar bulan Oktober. Kami terpilih menjadi fasilitator terbaik di kelas kami, kemudian berangkat lagi bulan April lalu. Itu untuk dijadikan fasilitator daerah (Fasda). Ini untuk percepatan,” pungkas Kepala SMPN 18 Surabaya ini. (Humas Dispendik Surabaya)