Selama tiga hari, yakni 09-11 Februari sebanyak 136 karya nyata jalani proses presentasi oleh tiap-tiap lembaga, presentasi miliki bobot tinggi mencapai 60 persen dari pembuatan karya nayata karena ada beberapa aspek yang akan dinilai oleh tim juri.
Kasi Pendidikan Masyarakat Dispendik, Thussy Apriliyandari, SE menerangkan aspek utama yang dinilai yakni, kemampuan mendeskripsikan gagasan, kemampuan menunjukkan orisinalitas dan kekhasan, kemampuan menjelaskan inovasi dan manfaat, kemampuan menjelaskan efisiensi dan efektivitas karya nyata, kemampuan argumentasi gagasan, penggunaan sarana pemaparan, dan etika.
“Setip peserta diberikan waktu 30 menit untuk memaparkan hasil karyanya”, ungkap Thussy tadi (09/02) di ruang aual Ki Hadjar Dewantara.
Terkait penilaian, Agus Setiyono salah seorang juri menuturkan Penilaian presentasi merupakan penilaian terhadap penampilan, penguasaan materi/keterampilan dan sikap peserta lomba penilaian ini dilakukan terhadap pemaparan oleh peserta lomba di depan tim penilai.
Agus yang juga Ketua HIMPAUDI Kota Surabaya tersebut menambahkan, bobot penilaian substansi sebesar 60. Skor penilaian presentasi menggunakan rentang 10 s/d 100. Penilaian substansi dilakukan oleh 3 orang penilai, dan skor hasil penilaian tiap penilai dihitung menggunakan rumus :
Hasil penilaian presentasi = skor hasil penilaian presentasi x 60
100
Sedangkan, nilai akhir ditetapkan berdasarkan skor hasil penilaian dari 3 orang penilai dan skor hasil penilaian tiap penilai diberi bobot sama, yaitu : Skor hasil penilai I: Nilai Substansi (40) + nilai presentasi (60), Skor hasil penilai II : Nilai Substansi (40) + nilai presentasi (60), Skor hasil penilai III : Nilai Substansi (40) + nilai presentasi (60). Dengan demikian nilai akhir dihitung menggunakan rumus,
Nilai akhir : Hasil Penilai I + II + III
3
Sementara itu, Revi Arravertika, S. Pd salah seorang peserta dari KB Bahari Surabaya menjelaskan konsep metode PARUNG (Pagar Hitung) yang dapat dipakai oleh anak usia 3-4 untuk membantu mempermudah belajar berhitung dengan memakai media sederhana seperti, stick es krim ataupu bijian-bijian. Menurutnya, dari pembelajaran melalui metode PATUNG yang telah ia terapkan selama ini ana lebih senang belajar berhitung dengan mudah dan mengasyikkan. (Humas Dispendik Surabaya)