Keberhasilan Surabaya dalam menciptakan kota ramah anak telah menjadi ikon tersendiri bagi para warganya. Berbagai program perlindungan dan pendampingan guna membentengi anak Surabaya dari pengaruh-pengaruh negatif telah banyak mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan.
“Anak adalah modal dan investasi sumber daya manusia di masa yang akan datang sekaligus sebagai generasi penerus bangsa”, tutur Kadispendik Surabaya Ikhsan ketika menjadi penguji program Doktoral (S3) Rika Paur Fibriamayusi dengan judul Disertasi “Strategi Anak Pidana Menghadapi Arbritraritas Kultural Di Dalam Lembaga Pemasyarakatan” di gedung Lt. 2 FISIP UNAIR, Kamis (27/04).
Ikhsan juga memaparkan, untuk melindungi anak Surabaya Pemkot Surabaya telah melakukan program bersama, seperti menggelar razia malam, razia warnet, konselor sebaya, sampai dengan mendirikan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kota Surabaya.
Kehadiran Puspaga ini selaras dengan predikat Surabaya sebagai kota yang mengedepankan kesetaraan gender, anti kekerasan perempuan dan anak juga perdagangan manusia. Melalui Puspaga, penanganan masalah keluarga bisa lebih komprehensif. Menurutnya, selama ini jika ada masalah orangtua dengan anak, si anak yang selalu disalahkan dan mendapat julukan anak nakal. Padahal, keluarga punya andil dalam membentuk kepribadian anak.
Ikhsan menambahkan, ada empat aspek yang melatarbelakangi Kota/Kabupaten Layak Anak (KLA) perlu diterapkan yakni aspek sosiologi, antropologi, perlindungan dan kelembagaan. Aspek sosiologi meliputi kondisi yang tidak kondusif bagi tumbuh kembang anak terutama dalam kehidupan keluarga, teman sebaya, masyarakat, media massa dan politik.
“Anak Surabaya harus berkualitas agar tidak menjadi beban pembangunan serta diperlukan koordinasi dan kemitraan antar pemangku kepentingan terkait penmenuhan hak-hak anak harus diperkuat agar terintegrasi, holistic dan berkelanjutan,” katanya. (Humas Dispendik Surabaya)