Dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, Suyatmi mengguntingi satu persatu pola “Nara Mod Kimono” untuk kemudian dijahit menjadi sebuah bentuk pakaian. Ia menuturkan dengan mengikuti pelatihan menjahit diharapkan mampu menyamakan persepsi ketika praktik di lapangan antara tutor dengan peserta didiknya.
“Ini nantinya untuk memudahkan konsep pengajaran sehingga peserta didik mampu memahami”, ujar wanita asal LKP Amor tersebut ketika mengikuti pelatihan “Zero Waste Pattern Cutting” yang digelar Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) di aula Ki Hajar Dewantara, siang tadi Senin (30/01/2018).
Kasi Pendidikan Keluarga dan Masyarakat Thussy Apriliyandari menyampaikan tahap awal pelatihan menjahit dengan pola “Zero Waste Pattern Cutting” di tujukan kepada para tranaier untuk kemudian dilatihkan kepada para peserta didik.
“Secara umum tujuan dari workshop ini adalah untuk dapat meminimalisir limbah kain atau perca saat proses pembuatan busana”.
Ia menambahkan, ada beberapa tahap dalam menjahit dengan teknik Zero Waste Pattern Cutting yani pertama menggunakan Planned Chaos, Geo Cut, Cut and Drape, serta Re-using perca kain dan benang.
Thussy mengungkapkan bahwa dengan menggunakan teknik menjahit Zero Waste Pattern Cutting mampu menghemat biaya yaitu dengan mencegah terjadinya limbah perca dalam proses produksinya. Kemudian Reusing/Memakai kembali serat dan tekstil bekas, maka tidak ada kebutuhan untuk membuat tekstil baru dari bahan mentah seperti katun, wool atau serat buatan. Hal ini akan menghemat energy yang dipakai dan polusi selama masa produksi bahan tekstil seperti penvcelupan, pencucian dan scouring *(Recycling).
Dengan mengurangi jumlah jahitan yang dipakai dalam pembuatan busana dapat mempercepat produksi garmen yang berakibat pengurangan enegri dan tenaga kerja. (Humas Dispendik Surabaya)