Memiliki lahan terbatas bukan halangan bagi SMPN 3 Surabaya untuk bercocok tanam, dengan mengusung konsep “School Farming” sekolah yang terletak di jalan Praban tersebut mampu memanfaatkan lahan 7 x 25 m diatas bangunan menjadi taman hidroponik.
“Lahan terbatas itu dimanfaatkan sebagai vertical garden, horiminaponik, serta hidroponik atap”, ujar Budi Hartono Kepala SMPN 3 ketika melakukan panen sawi pagi tadi Jumat (260/01/2018).
Budi mengutarakan tidak hanya biji sawi yang dapat ditanam dengan menggunakan teknik hidroponik namun berbagai jenis sayur mayur seperti, sayur kale, daunt mint, bawang merah, seledri air sampai jambu air dapat ditanam disini.
Ia mengatakan penanaman sendiri dilakukan oleh para siswa, satu anak satu lubang pembijian. Menurutnya, sekolah sendiri telah menyiapkan 5.400 lubang calon pembijian untuk ditanami siswa dengan beragam jenis tumbuhan.
“Panen sawi dapat dilakukan oleh siswa setiap tiga minggu sekali, asalkan dirawat secara baik dengna memberikan nutrisi tanaman yang cukup dan menjaga pH air”, jelas Budi.
Guru dan Kepala Sekolah berprestasi tahun 2012 tersebut menambahkan bahwa dari hasil hidroponik tersebut dapat diolah menjadi makanan olahan, seperti jus sawi, keripik sawi, siomay sawi, hingga sausnyapun berasal dari olahan sawi.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Ikhsan yang turut ikut panen sawi perdana di SMPN 3 menyampaikan bahwa School Farming yang dikembangkan tersebut dapat menjadi contoh sekolah-sekolah lain untuk belajar pertanian, jadi sekolah yang ingin belajar mengenai hidroponik benchmarking-nya tidak usah jauh-jauh cukup di SMPN 3 saja.
“Disini mereka akan belajar banyak hal, tidak hanya urban farming saja namun juga bisa belajar mengenai bagaimana mengembangkan horiminaponik”, terang Ikhsan.
Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya tersebut berujar banyak prestasi yang telah diraih SMPN 3 di bidang lingkungan selain sebagai sekolah Adiwiyata, sekolah ini juga menjadi pilot project urban farming.
Sementara itu, Bintang Ageng salah seorang siswi SMPN 3 menceritakan pengalamannya dalam menanam biji sawi. Ia bercerita bahwa ada nilai yang dapat dipetik ketika mulai menanam sampai memanen yakni nilai menghargai.
“Menanam sawi tidaklah mudah, kita harus setiap waktu memantau perkembangannya mulai dari melihat pH air hingga pemberian nutrisi secara rutin agar tumbuhan dapat selalu fresh”, terang Bintang. (Humas Dispendik Surabaya)