Setelah Jumat (17/06) kemarin dilakukan seleksi terhadap 48 karya buletin sekolah, hari ini Senin (20/06) sebanyak enam sekolah lakukan presentasi terhadap karya yang dibuatnya. Mereka yang mengikuti seleksi tahap presentasi yakni SMPN 43, SMP Muhammadiyah 13, SMPN 14, SMPN 41, SMP Petra 5, serta SMPN 13.
Kasi Kesiswaan Pendidikan Dasar Dispendik Tri Aji Nugroho menerangkan bahwa mereka yang lolos tahap presentasi ini akan diikutkan dalam lomba jurnalistik siswa tingkat nasional, untuk itu karya-karya buletin sekolah harus memiliki standar stau kaidah-kaidah jurnaslitik yang bagus ketika diikutkan lomba.
Rio F. Rachman, Medkom salah seorang juri berujar semakin mengarah ke tahap presentasi, semakin baik pula kualitas karya-karya buletin sekolah buatan siswa-siswi SMP ini. Menurutnya, kemampuan para siswa perlu diasah lagi untuk dilakukan pendampingan secara intensif dan berkesinambungan dari guru-guru bahasa indonesia, sehingga karya tulis mereka semakin sempurna.
Sementara itu, karya majalah/buletin sekolah yang mengambil salah satu judul “Bunuh diri gara-gara selfie”, memikat perhatian dari tim juri, tidak hanya konten informasi saja yang dimasukkan tapi hal-hal unik serta penataan desain komposisi desain yang apik menjadi sebuah daya tarik tersendiri.
Hasil karya tim jurnalistik SMPN 14 tersebut yang dinamai dengan Buletin Kamboja dipaparkan secara jelas dan gamblang oleh Farihin pimpinan redaksi (pimred).
Siswa yang masih duduk di bangku sekolah kelas 7 tersebut bercerita tentang mekanisme pembuatan buletin sekolah. Ia bersama timnya melakukan rapat koordinasi terlebih dahulu sebelum menentukan tema yang diangkat. Selanjutnya tim yang telah terbagi menjadi beberapa fungsi tersebut, seperti penulis, fotografer sampai desain grafis mencari informasi dari berbagai sumber.
“Bisa diambil secara langsung, atau data kami dapatkan dari internet, tergantung keadaan”, tutur Farihin.
Mamuk Ismunoto juri fotografi menyampaikan agar dalam peletakkan foto ataupun gambar kedalam sebuah buletin/majalah hendakanya disertai keterangan tulisan agar yang melihat foto tersebut tidak salah tafsir atau ambigu.
“Meskipun fotonya hasilnya bagus, namun jika tidak ada caption foto tersebut tidak berarti apa-apa”, pungkas Mamuk. (Humas Dispendik Surabaya)