Pengenalan budaya daerah harus sejak dini dikenalkan kepada para siswa. Hal tersebut ditangkap baik oleh SDN Simomulyo dengan mengenalkan permainan tradisional mulai dari ular tangga, congklak, gobak sodor hingga egrang batok pada hari pertama masuk sekolah, Senin (18/0).
Kepala SDN Simomulyo 5, Matrai Faridhin menjelaskan kebiasaan memainkan permainan tradisional sudah setahun terakhir dilakukan di sekolahnya. Menurutnya, saat ini para siswa banyak meniru tren dari luar negeri sedangkan budaya sendiri dilupakan, oleh karena itu engan tren banyak permainan modern, kami ingin mengenalkan kembali permainan tradisional yang bisa dijangkau anak-anak dan orang tua,” jelas mantan Kepala SDN Kertajaya 7 ini.
Defi Anggraini Saputri (7) terlihat serius memainkan biji permainan di papan congklak. Sesekali ia melirik guru pendampingnya dengan malu-malu kemudian tersenyum.
Seluruh siswa di SD ini sudah menggunakan seragam putih merah dan memakai kartu penanda nama yang dikalungkan.
Tawa riuh muncul dari dalam dan luar kelas saat permainan tradisional ini dimainkan. Permainan tradisional menurutnya sesuai dengan lingkungan sekolah yang didominasi orang tua dari ekonomi menengah ke bawah.
Bahkan selama istirahat sekolah, siswa diizinkan memainkan permainan-permainan tradisional.
“Ini juga membantu siswa untuk bisa bekerja sama dengan baik,” ungkapnya.
Antusias orang tua untuk mengantarkan anak juga terlihat dengan banyaknya orang tua yang menyerahkan anak didiknya saat apel berlangsung.
“Jadi seperti halal bihalal guru sama orang tua juga,” katanya.
Tahun ini SDN Simomulyo V menerima 73 anak untuk siswa kelas 1. Siswa ini dibagi menjadi 3 rombongan kelas.
Hal ini dilakukan unyuk keefektifan belajar, sehingga rombel dibuka dengan kapasitas kecil. “Anak di daerah sini 20 persennya belum bisa baca tulis, jadi kami tidak terlalu banyak rombelnya,” ungkapnya. (Humas Dispendik Surabaya)