Sabtu, (11/06) merupakan hari terakhir bagi proses pembelajaran siswa di sekolah tahun pelajaran 2015-2016. Serangkaian kegiatan pada hari efektif fakultatif diisi oleh berbagai sekolah dengan kegiatan Pondok Ramadhan, pembagian rapor, serta pameran pendidikan.
Menurut Rudy Prayitno kegiatan ini sudah rutin setiap tahunnya. Sebagai Manajerial 1 di Sekolah dengan dibantu 5 Koordinator yang bertindak sebagai Manajerial 2, dengan Supervisor dan Pelaksana kegiatan, sebenarnya tidak ada alasan, apabila suatu kegiatan tidak dapat terlaksana.
Kepala SDN Bulak Rukem I tersebut menambahkan proses pengaturan ini akan berjalan dengan maksimal, apabila selalu diberdayakan. Pembagian Rapor sebagai implementasi hasil akhir Pelaksanaan KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4 di dalam Kurikulum 2013 pasti dilaksanakan. Pondok Romadhon menjadi kewajiban pelaksanaan KI-1, dengan Zakat sebagai Perwujudan KI-2. Apabila sekolah melaksanakan Pameran Pendidikan berarti Pelaksanaan KI-4 dapat wujud nyata.
Penampilan siswa berprestasi di masing-masing kelas sudah menunjukkan pelaksanaan KI-3. Selanjutnya, Implementasi Pelaksanaan Kurikulum 2013 diwujudkan berbeda oleh guru-guru yang tergabung dalam Paguyuban Ludruk Guru Surabaya dan Ketoprak Guru yaitu dengan mengadakan Kegiatan pembagian takjil gratis di Balai Pemuda dekat Gedung DPRD II Kota Surabaya.
“Guru Surabaya tidak hanya sekedar memberikan ilmu kepada siswa. Tetapi juga memberi suri teladan dengan menerapkan Pelaksanaan Kurikulum 2013 di lapangan” tutur Adi Ngadiman selaku koordinator Paguyuban Ludruk Guru Surabaya.
Disamping ada keinginan untuk tetap melestarikan budaya lewat dua jalur yang berbeda, juga tetap mengamalkan nilai-nilai Keagamaan dengan menghimpun anggota mengumpulkan dan sekaligus membagi takjil.
Ludruk dengan tari remonya merupakan kesenian yang lugas, blak-balakan dalam bertutur kata yang merupakan ciri khas warga Surabaya.
Sementara itu, Suhadi koordinator Ketoprak Guru Surabaya berujar kesenian ini mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Begitu juga dengan “Ketoprak” yang lebih mengedepankan tata krama dalam bertutur kata kurang dapat diminati oleh kaum muda. Melalui kegiatan pembagian takjil gratis oleh Ludruk Guru Surabaya dan Ketoprak Guru Surabaya, masyarakat diharapkan lebih mengenal kembali budaya yang adi luhung.
Pada kesempatan ini juga dibagikan tidak kurang dari 400 kotak kue dan minuman kepada masyarakat. Dana berasal dari Guru-guru dan simpatisan Ludruk dan Ketoprak yang pernah manggung bersama di THR Surabaya.
Marilah kita lestarikan Ludruk dan Ketoprak. Semoga berikutnya menyusul Wayang Orang dan kesenian-kesenian lain yang telah ditinggalkan oleh anak didik dan generasi muda. Jangan pernah bosan melestarikan kesenian daerah. (Humas Dispendik Surabaya)