Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Ikhsan berbagi pengalaman tentang penggunaan rapor online yang sudah digunakan di Kota Surabaya mulai akhir tahun 2012. Pengalaman tersebut diceritakan dalam kegiatan Training of Trainers (ToT) Penggunaan Aplikasi e-Rapor SMP yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Selasa (27/8/2019) petang.
Menurut dia, hal itu tidak lepas dari peristiwa kebakaran yang menimpa sebuah SD dan SMP. “Saat itu, beberapa wali kelas menangis karena rapor dan buku induk ikut terbakar,” katanya.
Setelah kejadian itu, maka diperlukan penggunaan rapor digital supaya bisa menyimpan data-data siswa. Maka dirancanglah rapor online. Dengan rapor online, guru dapat mengisi nilai pada saat itu setelah ulangan harian serta ujian semester. Orang tua pun tidak perlu menunggu waktu pembagian rapor untuk melihat nilai anaknya.
“Dengan menggunakan rapor online atau yang sekarang digunakan Kemendikbud menjadi e-rapor, pasti bisa lebih memudahkan serta lebih transparan. Dan Surabaya sudah menggunakan rapor online versi kurikulum 2013 dan KTSP,” urainya.
Training of Trainers (ToT) Penggunaan Aplikasi e-Rapor SMP region Kota Surabaya diselenggarakan mulai tanggal 21-30 Agustus 2019. Peserta berasal dari 114 kabupaten/kota di sebagian wilayah Indonesia. Dalam kesempatan itu turut dihadiri Kepala Seksi Penilaian Direktorat Pembinaan SMP Nikensari dan Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jatim Bambang Agus Susetyo.
Nikensari mengatakan, aplikasi e-rapor mulai dikembangkan Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud sejak tahun 2017. Pada saat itu telah muncul aplikasi e-rapor SMP versi 1.0 yang terintegrasi dengan data pokok pendidikan (dapodik), termasuk panduan penggunaannya.
“Sejalan dengan perkembangan kebijakan penilaian, dapodik, dan kebutuhan di sekolah, maka saat itu telah dilakukan pengembangan dan penyempurnaan menjadi aplikasi e-rapor SMP versi 2.0,” katanya saat membuka acara.
Menurut dia, hingga semester pertama tahun pelajaran 2018/2019, aplikasi e-rapor SMP telah digunakan sekitar 4.000 sekolah, sedangkan yang telah sinkronisasi nilai ke dapodik baru sekitar 1.000 sekolah, baik SMP negeri maupun swasta. Angka tersebut masih sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah SMP di seluruh Indonesia yang jumlahnya sekitar 39.000 sekolah. (Humas Dispendik Surabaya)