Dinas Pendidikan Kota Surabaya bersama Tunas Hijau Indonesia menggelar Workshop Hidroponik bagi siswa dan guru sekolah dasar negeri se Surabaya, Senin (11/12/2017) sampai Jumat (15/12/2017). Masing-masing sekolah mengikutsertakan 2 orang siswa dan 1 orang guru.
Workshop yang melibatkan beberapa komunitas hidroponik Surabaya ini diselenggarakan 9 kali. Tempat pelaksanaan workshop ini di SMPN 11, SMPN 36, SMPN 23, SMPN 1 dan SMPN 26 Surabaya.
Tia, salah satu narasumber dari komunitas hidroponik Surabaya, mengatakan bahwa hidroponik adalah cara membudidayakan tanaman dalam sistem kerja yang meliputi air dan nutrisi, dimana akar dikuatkan oleh media tanam selain tanah. “Jadi hidroponik adalah teknik menanam yang tidak bergantung dengan tanah,” kata Tia.
Sunaryo, salah satu narasumber, Hidroponik telah ada sepanjang sejarah peradaban umat manusia. “Ribuan tahun yang lalu, penduduk Mesir kuno mengabadikan kegiatan mereka menanam di sepanjang bantaran dan di atas perahu yang mellintasi sungai Nil. Tergambar jelas dalam hieloglyphic di dinding-dinding gua,” terang Sunaryo.
Pada workshop yang digelar masing-masing 4 jam ini, peserta diajak mengenal beberapa bahan yang biasa digunakan melalui teknik hidroponik. Diantaranya rockwool yang umum digunakan sebagai pengganti tanah. Para peserta bahkan diminta praktek melakukan penyemaian bibit tanaman sayuran menggunakan rockwool itu saat workshop. Kiat sukses ber-hidroponik dikupas tuntas pada workshop ini.
Beragam kiat untuk segera bisa memulai program hidroponik juga disampaikan pada workshop ini. “Bila dana dari sekolah belum ada, bisa melakukan dengan mengumpulkan sampah non organik bernilai ekonomis untuk dijual. Diantaranya, botol plastik, botol plastik, kertas, buku,” terang Mochamad Zamroni, aktivis senior Tunas Hijau.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kota Surabaya Agnes Warsiati mengatakan bahwa warga sekolah diajak untuk mewujudkan sekolah yang nyaman. “Dengan banyaknya tumbuhan yang dirawat di sekolah, diantaranya sayuran dan buah-buahan yang dirawat dengan teknik hidroponik,” kata Agnes Warsiati.
Agnes menjelaskan bahwa semua sekolah di Surabaya, diajak untuk menjadi sekolah layak anak melalui workshop ini. “Sebab, pasca workshop ini, semua SD negeri diminta untuk merawat hidroponik di sekolahnya. Kami minta sekolah menganggarkannya mellaui RAPBS,” lanjut Agnes. Dengan hidroponik ini, semua sekolah juga diajak untuk layak sebagai tempat kunjungan tamu dari luar Kota Surabaya maupun tamu dari mancanegara.
Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya Agustin Poliana sangat mendukung program hidroponik di sekolah-sekolah Surabaya ini. “Sekolah dasar yang diajak mengikuti program hidroponik sangat tepat. Saya berharap program hidroponik ini bisa berlanjut juga ke SMP,” kata Agustin Poliana saat pelaksanaan workshop ini di SMPN 1 Surabaya, Kamis (14/12/2017). (Humas Dispendik Surabaya)