Peningkatan serta optimilasi layanan pendidikan di Surabaya terus dilakukan Dinas Pendidikan (Dispendik) guna mewujudkan Surabaya sebagai inspirator dan barometer pendidikan nasional. Beragam inovasi E-Government sampai upaya penanganan permasalahan anak terus dikembangkan guna mewujudkan pendidikan Surabaya menjadi lebih baik.
“Mulai dari Rapor Online, Konselor Sebaya, hingga Kampung Pendidikan merupakan sebuah hasil inovasi program pendidikan yang terus dikembangkan”, tutur Kadispendik Ikhsan mewakili walikota dalam seminar nasional “Strategi Pendidikan Perguruan Tinggi dalam Mewujudkan Kemajuan dan Kecerdasan Bangsa” yang diselenggarakan BEM UWKS tadi siang (24/05) di ruang Auditorium UWKS.
Ikhsan juga bercerita bahwa, di tahun 2016 jumlah siswa Surabaya mencapai 566.104 siswa dengan jumha guru 29.397 orang, itu belum termasuk para pendidik PAUD serta PPT. Dalam menanggulangi permasalahan anak, Dispendik telah melatih tidak kurang 16.000 siswa, mereka berasal dari perwakilan sekolah yang menjadi konselor sebaya bagi temannya sendiri.
“Ini program teman menjaga teman, kemudian sekarang berkembang menjadi ekstrakurikuler konselor sebaya yang melibatkan para guru BK dan Wakasek Kesiswaan”.
Selain itu, bersama jajaran SKPD terkait Pemkot Surabaya juga telah berhasil mengembangkan kampung pendidikan melalui “Kampunge Arek Suroboyo”. Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya tersebut juga mengatakan kampung pendidikan merupakan sebuah kesadaran masyarakat dalam menjaga anaknya di saat jam-jam belajar serta memberikan rasa nyaman kepada anak dalam belajar.
Terkait kurikulum anti narkoba, Ikhsan menjabarkan kurikulum anti naroba ini terintigrasi pada setiap mata pelajaran. Semisal mata pelajaran matematika yang mempelajari statistik. Tentu orang berpikir apakah bisa hal tersebut dilakukan?. Ternyata dapat dilakukan. Ikhsan berujar, bahwa statistik tentunya membutuhkan data. Nah, data tersebut diperoleh dari angket tentang seberapa paham anak mengenali bahaya narkoba, tinggal dikombinasikan. Pelajaran matematikanya dapat, dan kurikulum anti narkobanya masuk.
Sementara itu, Rektor UWKS Prof. H. Sri Harmadji, dr. Sp.THT-KL(K) berpendapat bahwa dalam memajukan pendidikan ialah yang paling penting dalam menjaga etika moral. Menurutnya etika moral tidak bisa hanya dipakai slogan saja tapi harus dipraktekkan secara sungguh-sungguh dan juga harus dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran di kelas.
“Ada tiga level yakni, mitos, logos, dan etos”. (Humas Dispendik Surabaya)