“Selamat pagi, Adik-adik semua. Apa sih yang hendak kita bahas pada kesempatan ini?”, demikian sapa Umu Hanik, S.Psi., Konselor Perlindungan Perempuan Dinas P5A (Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) Pemkot Surabaya, kepada 150 siswa SMPN 23 di Ruang Pertemuan Lt.2, Jumat pagi (02/02/2018). Turut hadir pula, Nanang, Konsultan Perlindungan Anak, Nebi, Tim Monitoring, dan Dra. Luky Riyadita, guru Bimbingan dan Konseling SMPN 23.
Hanik menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan satu di antara program Dinas P5A yang dikemas sebagai kegiatan Sosialisasi Dinamika Remaja 2018. Menuju Surabaya Kota Layak Anak. Dalam hal ini, siswa SMP dikelompokkan sebagai remaja awal, rata-rata usia mereka antara 12 – 15 tahun. Masa ini, kondisi remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat mereka pada dunia luar sangat besar.
Pada umumnya, remaja tidak mau dianggap sebagai kanak-kanak lagi, namun kenyataannya mereka belum dapat meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Fase ini merupakan fase rawan, remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
Dua hal yang dihadapi remaja usia awal ini. Tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal meliputi labil, emosional, dan berpikir jangka pendek. Sedangkan tantangan eksternal yaitu pornografi, bullying, free sex, narkoba, dan dunia maya. Dampak dari dua hal tersebut masih dijumpai siswa melanggar aturan sekolah, merokok masih dengan seragam sekolah, kecanduan miras, terlibat penyalahgunaan narkoba, korban trafficking, stress, mencoba bunuh diri, menjadi korban penipuan, berhadapan dengan hukum, tambah Hanik.
Sementara itu, Nanang menambahkan, supaya tidak kena masalah-masalah di atas, solusinya remaja harus mengenali konsep diri. Konsep diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya, mengenai dia, apa peranannya dalam lingkungannya, dan apa yang dia inginkan demi masa depannya. Konsep diri berkaitan dengan cara memandang diri sendiri dan orang lain mengenai keadaan fisik, kemampuan yang dimiliki, daya tarik, rencana atau tujuan pekerjaan, sistem nilai dan norma. Mengapa penting bagi remaja menenukan konsep diri?
Dalam perkembangan masa ini pengaruh orang tua mulai berkurang. Remaja lebih menyukai berkumpul dengan teman sebayanya. Panutan bukan lagi orang tua atau guru melainkan tokoh dan teman sebaya. Tekanan teman sebaya untuk mengikuti atau tidak mengikuti norma, kebiasaan, model rambut atau mode pakaian, cara komunikasi dan permainan yang sama sangat kuat. Remaja butuh pendampingan, tutur Nanang.
Peran orangtua sangat menentukan bagi perkembangan remaja. Rumah adalah sekolah yang pertama, dan gurunya adalah orangtua. Bagaimanapun juga anak akan mengikuti apa yang telah orang tua mereka ajarkan. Yang paling pertama dan utama dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anaknya adalah menanamkan nilai-nilai agama sebagai pondasi awal bagi anak, selain nilai-nilai moralitas dan etika. Nilai agama itu tidak akan pernah berubah, karena semua itu sumbernya dari Tuhan.
Stop Bullying
Bullying atau penindasan adalah penggunaan kekerasan, ancaman atau paksaaan untuk menylahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Hal tersebut meliputi pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan bisa diarahkan berulang pada korban tertentu atas dasar agama, kemampuan, gender, ras dan lain sebagainya.. Tiga bentuk bullying, verbal bullying, bullying fisik, dan bullying psikologis.
Verbal bullying berupa kekerasan yang dilakukan dengan kata-kata, menyinggung perasaan, mengejek, memanggil nama orang tua, menghina kekurangannya. Dampaknya lebih parah dari kekerasan fisik, karena sulit hilang. Bullying fisik yaitu jenis bullying yang kasat mata, sentuhan atau kontra fisik berupa menendang, menampar, memukul, meludahi, melempar dengan barang. Sedangkan bullying psikologis antara lain memandang dengan sinis, mencibir, meneror lewat pesan pendek seperti eMail SMS, WA, atau media sosial.(Humas Dispendik Surabaya)