Menulis sebuah karya tulis ataupun karya ilmiah baik dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ataupun jurnal tentunya dibutuhkan sebuah keterampilan tersendiri agar menjadi sebuah karya yang nantinya tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri namun bermanfaat bagi orang lain juga.
Karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah pada suatu displin ilmu tertentu yang disusun secara matematis ilmiah, logis, benar, bertanggungjawab, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Jadi, karya tulis ilmiah bukan sekedar untuk mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya penelitian (uang, bahan, alat) tetapi juga mempertanggungjawabkan penulisan karya ilmiah tersebut secara teknis dan materi. Hasil penulisan karya tulis ilmiah harus bersifat sistematis artinya disusun dalam suatu urutan yang teratur Juga harus disusun secara logis dan benar. Oleh karena itu seorang penulis harus mempunyai memiliki landasan teori yang kuat.
Oleh karena itu, mulai hari ini, Kamis (08/09) dalam rangka meningkatkan kompetensi para guru pada bidang penulisan karya ilmiah Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) menggelar pelatihan secara berjenjang dan berkelanjutan lima titik yakni SMPN 17, SMPN 13, SMPN 26, SMPN 3, dan SMPN 11.
Kepala Bidang Ketenagaan Ir. Yusuf Masruh menjelaskan pelatihan karya ilimiah pada tahap pertama mengajarkan para guru membuat sebuah PTK yang sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah selanjutnya diteruskan dengan penulisan jurnal on line yang dimiliki Dispendik.
“Selain meningkatkan kompetensi guru, pelatihan tersebut juga berfungi menambah kredit poin guru dalam mengurus kenaikan pangkat”.
Yusuf menambahkan, pelatihan penulisan karya ilmiah melibatkan tim yang terdiri dari para kepala sekolah dan guru-guru berprestasi yang telah menghasilkan karya-karya tulis baik tingkat kota maupun nasional.
Kasi Tenaga Non Fungsional Verawati, menyampaikan bahwa pelatihan ini menggunkan model IN-ON. In pertama mereka mempelajari dasar-dasar penulisan karya tulis ilmiah, In kedua belajar tentang hal-hal yang perlu dan tidak perlu dilakukan dalam penulisan artikel ilmiah, kemudian in ketiga penulisan artikel ilmiah dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan in keempat mereka mempelajari kiat penyampaian artikel ilmiah ke dalam bentuk PTK atupun jurnal. Sedangkan On-nya yakni penyusunan dan perbaikan proposal artikel ilmiah oleh masing-masing peserta yang akan dikirim ke jurnal Dispendik.
“Kami terus berupaya unuk memotivasi para guru menghasilkan karya-karya inovatif baik dalam hal peneltiannya maupun di bidang lainnya”.
Sementara itu, Yustinus Budi Setyana salang seorang instruktur penulisan karya ilmiah berujar sebelum membuat karya tulis ilmiah guru harus terlebih dahulu memahami konsep dan kaidah-kadiah penulisannya, tujuannya agar karya ilmiah yang dihasilkan memiliki bobot dan berkualitas.
“Sudah saatnya para guru mulai menjadikan karya tulis ilmiah bukan hanya sekedar pelaksanaan kewajiban, namun harus menjadi budaya”. (Humas Dispendik Surabaya)