Raut wajah Mahardika H. P tampak serius mengerjaan butir-butir soal Tes Potensi Akademik (TPA), alumnus SMPN 5 tersebut bersama 6.405 peserta lainnya hari ini (06/07) mengikuti tes TPA jalur SMA Kawasan yang diselenggarakan secara serentak oleh Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya pada 15 titik lokasi yang berbeda. Lokasi tersebut diantaranya, SMPN 1, 6, 37, 9, 3, 4, 29, SMAN 5, 2, 1, 9, 6, 7, 4, dan SMKN 5.
Ketua PPDB Surabaya Ir. Yusuf Masruh menjelaskan jika pada tes TPA jalur SMP kawasan menggunakan 17 lokasi, maka pada TPA jalur SMA kawasan hanya menggunakan 15 lokasi. Hal tersebut disebabkan karena jumlah peserta TPA jalur SMP kawasan lebih besar dari jumlah peserta TPA jalur SMA Kawasan.
“Jika pada jalur SMP kawasan diikuti 7.668 siswa maka pada jalur SMA kawasan hanya 6.406 peserta saja”.
Yusuf menambahkan, dari pantauan, pelaksanaan ujian tenang dan tanpa gangguan. Hampir seluruh peserta lulusan SMP tersebut mengerjakan dengan tenang. Para tester pun yang masih mahasiswa psikologi semester 2 terlihat santai.
Tester mengawasi dari depan. Padahal, biasanya tester tes TPA di lembaga profesional berkeliling untuk melihat peserta mengerjakan soal. Hal itu untuk melihat apakah peserta sudah paham soal atau tidak. Usai ujian, peserta langsung menuju ke orang tua yang sudah menunggu di depan pintu gerbang lokasi.
Dekan Fakultas Psikologi UNAIR, Prof. Dr. Seger Handoyo mengungkapkan standar TPA untuk anak SMPN akan berbeda dengan standar dengan anak SMAN. “Lokasi berpikir setiap jenjang kan berbeda, tapi intinya mengetahui potensi dan nalar anak,” jelas Seger. Tak hanya untuk masuk jenjang SMP, Seger berharap TPA juga bisa dijadikan paduan untuk masuk ke jenjang SD. “Jadi guru dan orang tua tahu kemampuan anak-anaknya. Sangat berguna untuk proses pembelajaran ke depan,” katanya.
Seleksi dengan TPA merupakan proses untuk penyaringan siswa dengan tujuan memilih siswa yang diprediksikan (diramalkan) akan (1) lebih berhasil dalam prestasi belajarnya di jenjang yang lebih tinggi, dan (2) lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami stress dengan tuntutan belajar di sekolah kawasan.
Siswa yang memiliki kemampuan berfikir yang tinggi akan memiliki proses dan strategi berfikir yang efektif dan efisien yang membuatnya lebih mudah mempelajari mata pelajaran di sekolah dan menyelesaikan persoalan, sehingga dia tidak mudah untuk mengalami kecemasan dalam belajar dan akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Jadi TPA berfungsi melengkapi (komplementer) nilai UN/US.
Lebih dari itu, pengukuran TPA juga akan memberikan profil kemampuan berfikir siswa (berfikir dengan bahasa, angka, atau gambar) yang dapat dipergunakan oleh guru dan sekolah untuk mengembangkan proses pembelajaran di sekolah tersebut atau membantu siswa secara individual. Dengan begitu, proses pembelajaran di sekolah akan lebih efektif dan siswa dapat belajar serta meningkatkan kemampuan berfikirnya secara optimal.
Contoh, seorang siswa yang mempunyai profil kemampuan berfikir yang menunjukkan kekuatan kemampuan berfikir dengan gambar dibandingkan dengan kemampuan dalam berfikir bahasa dan angka, maka anak sebaiknya diminta untuk membuat sketsa-sketsa gambar untuk memahami pelajaran yang bermuatan bahasa yang tinggi. (Humas Dispendik Surabaya)