Program pertukaran kepala sekolah dan on the job learning (OJL) tahap I berakhir Rabu besok (01/08/2018). Selanjutnya, kepala sekolah mitra dan kepala sekolah imbas diharuskan kembali ke Jakarta untuk mengikuti workshop tahap II yang diseleranggarakan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), hingga Jumat (03/08/2018).
Di Kota Surabaya, sebanyak 16 kepala sekolah imbas dari berbagai provinsi di Indonesia belajar kepada 8 sekolah mitra. Sekolah mitra tersebut terdiri atas 5 SDN dan 3 SMPN, yakni SDN Bubutan IV, SDN Jajartunggal III, SDN Kaliasin I, SDN Airlangga I, SDN Dr. Soetomo V, SMPN 3, SMPN 6, dan SMPN 26. Masing-masing sekolah menjadi mitra dua sekolah imbas.
Kepala SMPN 26 Surabaya Akhmat Suharto mengatakan, sekolahnya menjadi mitra dari SMPN 2 Lemboraya dan SMP Satu Atap Negeri Lembo, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Dua kepala sekolah itu sudah belajar penguatan dalam bidang manajerial, supervisi, dan pengembangan kewirausahaan selama 6 hari.
“Saat kepala sekolah imbas datang ke SMPN 26, saya kenalkan kepada semua guru. Selanjutnya saya jelaskan mengenai manajerial 8 standar pendidikan,” kata Suharto, Selasa (31/07/2018). Kemudian, lanjut Suharto, dilakukan kegiatan supervisi yang diawali dengan pengaturan sesi.
“Sebelum supervisi itu guru harus melapor kepada kepala sekolah dan dilanjutkan dengan pelaksanaan. Setelah pelaksanaan ada diskusi atau wawancara mengenai kelemahan atau kekurangan guru tersebut. Itu semua kami jelaskan kepada kepala sekolah imbas,” tuturnya.
Suharto menjelaskan, untuk bidang kewirausahaan diajarkan mengenai ecopreneur atau wirausaha lingkungan hidup. Salah satunya adalah kantin apung. Kantin apung milik SMPN 26 bebas 5P, yakni bebas penguat rasa, pemanis, pengawet, pewarna, dan pengental. Di bawah kantin apung terdapat kolam ikan Nila.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga mengajarkan cara membuat lubang biopori, pengelolaan sampah organik dan anorganik, hidroponik, pemanfaatan barang bekas, hingga green house. “Ini semua yang menjelaskan siswa,” ungkap kepala sekolah peraih penghargaan Indonesia Green Awards 2016 tingkat nasional ini.
Di luar kegiatan itu, siswa, guru, dan stake holder SMPN 26 berhasil mengumpulkan sekitar 2.500an buku untuk disumbangkan kepada dua sekolah imbas. “Di sana sangat membutuhkan buku, jadi program donor buku yang berhasil mengumpulkan 2.500an buku akan kami kirim ke sana,” tandasnya.
Cerita berbeda datang dari SDN Airlangga I Surabaya. Untuk bidang pengembangan kewirausahaan, kepala sekolah imbas diajak berjualan nasi kucing dan minuman temulawak di sekitar sekolah. “Proses transaksi jual beli tidak menggunakan uang, melainkan di tukar dengan botol atau koran bekas,” kata Kepala SDN Airlangga I Matrai Faridin.
Matrai mengungkapkan, pembeli cukup membawa 2 botol besar atau 5 botol kecil atau 3 eksemplar koran bekas. Dengan begitu, pembeli bisa mendapatkan nasi kucing atau minuman temulawak. “Kepala sekolah imbas dari SDN Ende 5 dan SD Inpres Watujara, Ende, NTT, kami ajak berjualan,” katanya. (Humas Dispendik Surabaya)