Momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober yang berlangsung kemarin (28/10) di Halaman Balai Kota Surabaya menjadi sebuah tonggak semangat baru bagi para pelajar Surabaya dalam meraih sebuah keberhasilan di masa-masa mendatang.
Semangat tersebut terwakili melalui pembacaan Ikrar Pelajar Surabaya yang dibacakan oleh perwakilan pelajar mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA pada saat upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Adapun Ikrar tersebut berisi tentang, bagaimana para pelajar Surabaya menjaga kehormatan pelajar dengan berbudi pekerti luhur serta meningkatkan prestasi, motivasi dan inspirasi serta mampu menyatukan tekad dan tujuan memusnakan tawuran. memerangi narkoba serta segala bentuk permasalahan remaja dan melestarikan linkungan dan berperan aktif dalam kehidupan sosial.
Dengan mengangkat tema Revolusi Mental untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu untuk Bumi. Upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke-87 dihadiri oleh Forum Pimpinan Daerah Kota Surabaya, Kepala SKPD di lingkungan kota Surabaya dan undangan lainnya.
Nurwiyatno, Pejabat Walikota yang menjadi inspektur upacara membacakan sambutan Imam Nahrawi, Menpora Republik Indonesia. Ia menyampaikan, peringatan Sumpah Pemuda yang ke 87 kali ini mengambil Tema REVOLUSI MENTAL UNTUK KEBANGKITAN PEMUDA MENUJU AKSI SATU UNTUK BUMI. Tema ini didasari atas keprihatian yang mendalam terhadap dua hal. Pertama, hari ini kita disuguhi fenomena baru tentang berubahnya pola realasi kemasyarakatan kita akibat arus modernisasi dan kemajuan teknologi informasi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi ibarat pisau bermata dua.
Satu sisi ia memberikan jaminan kecepatan informasi sehingga memungkinkan para pemuda kita untuk peningkatan kapasitas pengetahuan dan skill. Namun, pada sisi yang lain membawa dampak negatif. Informasi-informasi yang bersifat destruktif mulai dari pornografi, narkoba, pergaulan bebas hingga radikalisme dan terorisme juga masuk dengan mudahnya tanpa dapat kita bendung dengan baik. Lahir generasi baru yang memiliki pola pikir serba cepat, serba instan, lintas batas, cenderung individualistik dan pragmatik. Betapa sering, akhir-akhir ini kita disuguhkan kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anak-anak muda kita.
Setelah ditelusuri, kasus-kasus tersebut bermula dari interaksi di sosial media. Sosial media, telah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas negara, lintas budaya, lintas agama. Interaksi mereka di sosial media berjalan real time 24 jam. Tidak mudah bagi orang tua, guru, lembaga pendidikan termasuk negara untuk dapat mengontrolnya.
Di sinilah gerakan Revolusi Mental yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menemukan relevansinya. Hanya dengan pembangunan karakter kita bisa kuat, tangguh dan kokoh menghadapi dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi. Melalui gerakan Revolusi Mental, kita berharap para pemuda Indonesia memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan-keputusan terbaik secara jernih sesuai dengan akal sehat mereka, tanpa harus tergantung dari kehadiran orang tua maupun negara di sampingnya. Sudah bukan eranya lagi pemuda diawasi, dikekang apalagi diintimidasi. (Humas Dispendik Surabaya)