Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku, wawasan akan bertambah. Bahkan, membaca buku atau membaca apa saja, ternyata tidak hanya bisa menambah wawasan, tetapi juga mampu mendorong kreativitas. Sebab, membaca akan melatih anak untuk berimajinasi dan berpikir kreatif.
Itulah poin penting dari pesan yang disampaikan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini ketika acara Awarding Surabaya Akseliterasi 2016 yang digelar di halaman Taman Surya, Minggu (18/12).
“Jangan meremehkan manfaat membaca. Dengan budaya membaca, kita akan menjadi bangsa yang kreatif karena terbiasa mengimajinasikan dan memprediksi apa yang kita baca. Ini yang penting. Sebab, kita harus membangun sumber daya manusia yang bisa survive dalam persaingan global,” tegas wali kota.
Wali kota peraih penghargaan Ideal Mother dari Universitas Kairo ini menyebut, membaca sangat berbeda dengan melihat tampilan visual yang gambar, suara, warna dan penampakan setting tempat nya, sudah terlihat nyata. Ketika membaca, anak akan membayangkan sendiri semua yang dibacanya semisal rupa tokoh nya dengan segala wataknya, setting tempat hingga ceritanya.
Kreativitas yang bersumber dari membaca tersebut, sambung wali kota, akan sangat penting bagi tumbuh kembang anak hingga mereka dewasa. Bahkan, ketika kelak mereka menjadi pemimpin. Mereka akan terbiasa berpikir kreatif untuk memajukan kota/daerah yang dipimpinnya. “Saya pun kalau tidak rajin membaca sejak kecil, tentunya akan sulit untuk bisa memiliki kreativitas,” sambung wali kota yang hingga kini rajin membeli dan membaca buku.
Selama ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sangat concern dalam mendukung hidupnya budaya literasi di Kota Pahlawan. Parameternya, kini sudah ada lebih dari 1.000 perpustakaan atau taman bacaan di Surabaya yang tersebar di kampung-kampung, sekolah, taman kota, pondok pesantren ataupun mobil keliling. Program Surabaya Akseliterasi merupakan upaya untuk semakin meningkatkan volume membaca dengan mengajak serta masyarakat.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya Martadi mengungkapkan kesadaran dalam membangun budaya litarasi, baik di sekolah, masyarakat ataupun kepada para orang tua merupakan sebuah gerakan bersama dalam meningkatkan budaya literasi di kota Surabaya.
Lebih lanjut, Martadi menjelaskan harapannya dengan penggabungan antara program literasi sekolah dengan literasi di masyarakat akan gayut pad suatu titik yakni Surabaya sebagai Kota literasi hingga.
“Sebenarnya ketika yang lain secara nasional masih berbicara literasi sekolah, Surabaya telah melangkah ke step selanjutnya yakni literasi keluarga dan lingkungan”.
Untuk Awarding Surabaya Literasi 2016 kategori kampung literasi, terpilih RW VIII Genteng, Kecamatan Genteng sebagai best of the best kampung literasi. Adapun ‘kampung juara’ lainnya yakni RW III Kebraon Kecamatan Karang Pilang, RW V Kedung Baruk Kecamatan Rungkut, dan RW I Asemrowo Kecamatan Asemrowo. Sementara untuk kategori fasilitator literasi berprestasi, terpilih Syahri dari RW VIII Genteng. Dan untuk kategori orang tua peduli pendidikan anak, terpilih Suparti dari Kenjeran. Mereka adalah ‘para pahlawan literasi’ yang telah ikut berjuang untuk mengenalkan dan memajukan budaya literasi di Surabaya.
Sebelumnya, acara diawali dengan pawai literasi yang dimeriahkan oleh perwakilan 31 kecamatan di Surabaya. Sesuai dengan judul pawai nya, masing-masing perwakilan kecamatan tersebut menampilkan kreasi kostum yang bisa bercerita. Dalam artian, tiap kostum yang dipakai merupakan cerita rakyat yang sudah melegenda baik di Surabaya maupun cerita dari daerah lain di Indonesia. Contohnya Kecamatan Kenjeran dengan tema Sarip Tambak Oso, Kecamatan Pakal dengan tema Sawunggaling, Kecamatan Dukuh Pakis dengan tema Suro Boyo. Ada juga Kecamatan Tandes dengan tema Damar Wulan dan Kecamatan Sawahan dengan tema legenda Timun Mas (Humas Dispendik Surabaya)