Pelajar-pelajar Kota Surabaya terus membuktikan diri mampu mengukir prestasi di bidang akademis dan nonakademis. Kali ini diwujudkan oleh tiga siswa SD yang akan berlaga di ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) jenjang SD tahun 2018.
Tiga siswa tersebut berhak ke tingkat nasional setelah menjadi juara pertama melalui kompetisi berjenjang, mulai dari O2SN tingkat Kota Surabaya dan O2SN tingkat Provinsi Jawa Timur (Jatim). Dua siswa SD akan berlaga di cabang olahraga bulutangkis, sementara satu siswa berlaga di cabang olahraga pencak silat.
Salah satu siswa yang akan berlaga di ajang O2SN dengan mewakili Jatim ialah Sabitah Nilasari Sugiarto. Sabitah bertanding di cabang olahraga pencak silat.
Sebelum mengikuti kompetisi O2SN pada Senin (16/9/2018) mendatang, siswa kelas 6 SDN Margerejo III/405 ini bertemu dengan Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan S.Psi, MM, Jumat sore (14/9/2018). Sabitah menemui Kadispendik didampingi Kepala SDN Margerejo III/405 Susilowati S.Pd, M.Si, serta Guru Olahraga Nova Nur Cahyo.
“Semoga berhasil dan terus bersemangat. Jangan lupa untuk belajar, karena meski sudah berprestasi pada bidang olahraga, bidang akademiknya tidak boleh ditinggalkan,” pesan Ikhsan. Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya ini melanjutkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dispendik terus melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa.
“Kami memiliki berbagai wadah dan pembinaan kepada siswa. Tujuannya agar mereka nantinya memiliki bekal maraih keberhasilan di masa mendatang,” jelas Ikhsan.
Kepala SDN Margerejo III Susilowati berharap Sabitah menjadi juara pertama di ajang O2SN. Apalagi, jam terbang Sabitah cukup tinggi untuk olahraga pencak silat. “Kalau juara pertama nanti akan ada reward dari sekolah. Reward ini tentu akan disesuaikan dengan kemampuan sekolah,” katanya.
Guru Olahraga SDN Margerejo III, Nova menambahkan, Sabitah memiliki beberapa prestasi di olahraga pencak silat. Di antaranya meraih juara 3 POR SD untuk kategori pencak silat ganda, juara pertama Piala KONI, serta pernah menyabet sebagai pesilat terbaik pada ajang Jakarta Pencak Silat Championship. “Jadi, jam terbangnya sudah tinggi untuk ukuran seusia SD. Mentalnya pasti juga sudah teruji,” ungkapnya.
Nova menjelaskan, di sekolahnya, ekstrakurikuler pencak silat diadakan satu minggu dua kali. Tiap sesi latihan membutuhkan waktu dua jam. “Latihan dimulai sore setelah pembelajaran berakhir,” terangnya. Namun, lanjut dia, bila ada siswa yang akan mengikuti even, intensitas latihan ditambah. “Kalau ada even, latihan bisa sampai seminggu empat kali. Waktu tetap dua jam,” tandas pria yang juga pelatih pencak silat Provinsi Jatim ini. (Humas Dispendik Surabaya)