Beragam aksi nyata peduli lingkungan hidup dilakukan sekitar 450 orang siswa baru SMPN 19 pada hari ketiga Layanan Orientasi Siswa bersama Tunas Hijau, Rabu (20/7). Ada aksi nyata ngebor lubang resapan biopori di jalur hijau Jalan Soekarno di seberang sekolah, ada aksi pengomposan sampah organik, ada aksi pemilahan sampah, gerakan penghematan energi dan aksi daur ulang sampah kertas.
Aksi nyata ngebor lubang resapan biopori dilakukan untuk membantu penyerapan air ke dalam tanah.
“Kita akan membuat lubang dengan bor sederhana ini. Cukup ditekan dan diputar searah jarum jam sampai kedalaman 1 meter. Lubang berdiameter sekitar 12 cm yang berhasil dibuat selanjutnya kita isi dengan sampah organik,” ujar Aktivis Senior dan Presiden Tunas Hijau saat memberikan pengarahan sebelum aksi ngebor biopori dilakukan.
Dijelaskan Zamroni bahwa pembuatan biopori tidak boleh merusak keindahan yang ada di sekitarnya. Jarak antar lubang paling rapat adalah 1 meter.
“Pembuatan biopori tidak boleh merusak keindahan taman. Biopori yang kita buat juga untuk menambah gizi tanah dan memberi asupan makanan pada biota tanah seperti cacing,” terang Zamroni.
Pada aksi nyata pemilahan sampah yang dipandu Aktivis Tunas Hijau Ryan Yosephin Ananta para siswa diajak mengumpulkan tempat sampah yang berada di lantai 1 sekolah yang dikepalai oleh Shohibur Rahman ini.
“Sampah plastik wadah minuman yang masih ada sisa air minum jangan langsung dibuang ke tempat sampah. Airnya disiramkan ke tanaman lebih dulu, kemudian plastiknya dibuang ke tempat sampah berwarna kuning ini,” ujar Ananta.
Pada aksi pengomposan sampah organik yang dipandu Aktivis Tunas Hijau Fatih Abdul Aziz, para siswa diajak melakukan pembalikan tumpukan sampah organik yang ada di pekarangan belakang sekolah.
“Sampah organik yang diolah menjadi kompos tidak boleh kering seperti ini. Harus lembab agar proses pembusukannya berjalan optimal,” terang Fatih.
Pada aksi daur ulang sampah kertas yang dipandu Aktivis Tunas Hijau Adelia Roro, para siswa diajak melakukan perendaman sampah kertas yang sudah digunakan kedua sisinya. “Kita akan membuat lembaran kertas baru dari bubur kertas melalui rendaman kertas ini. Mendaur ulang kertas berarti menghemat air, menghemat listrik, menghemat BBM dan menyelamatkan hutan kita,” ujar Adelia Roro.
Pada aksi penghemata energi yang dipandu Aktivis Senior Tunas Hijau Bram Azzaino, para siswa diajak memantau semua ruangan sekolah yang masih terjadi. “Pastikan semua peralatan listrik dalam keadaan mati di ruangan yang tidak ada orangnya. Menghemat listrik berarti mencegah semakin buruknya pemanasan global,” terang Bram Azzaino.
Kepala SMPN 19 Surabaya Shohibur Rahman mengatakan bahwa program lingkungan hidup menjadi unggulan di sekolahnya. “Beragam upaya nyata telah kami lakukan bersama warga sekolah ini selama setahun terakhir. Melalui sosialisasi dan aksi lingkungan hidup ini, siswa baru SMPN 19 diajak untuk terlibat aktif dalam pelestarian lingkungan hidup,” kata Shohibur Rahman. (Humas Dispendik Surabaya)