Berbagai materi mulai dari keliterasian, budaya mutu, sampai Pemetaan dan Penguatan Kompetensi Guru Surabaya (P2KGS) mengisi jalannya rapat kerja kepala (raker) sekolah yang berlangsung selama tiga hari di gedung aula Sawunggaling Lt. 6 Pemkot Surabaya.
Acara yang diikuti oleh ratusan kepala sekolah dari berbagai jenjang pendidikan tersebut merupakan salah satu agenda rutin yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya dalam rangka upaya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan Surabaya.
Satria Dharma, salah seorang narasumber yang membahas penguatan budaya literasi menuturkan membaca dan Menulis adalah sebuah ketrampilan yang untuk memperolehnya butuh latihan yang sistematis, intensif, dan terstruktur. Membaca dan Menulis adalah ketrampilan yang hanya akan bisa dimiliki oleh anak-anak kita jika kita melatih mereka dengan sungguh-sungguh. Dengan kurikulum yang ada (sejak dulu sampai sekarang) dan ketidakpedulian kita pada urusan membaca dan menulis ini maka sangat jelas bahwa anak-anak kita tidak akan memiliki budaya membaca dan menulis yang memadai bagi bekal mereka menghadapi persaingan dunia global yang menuntut kemampuan literasi membaca dan menulis yang tinggi.
Menurutnya terdapat empat faktor penting dalam menumbuhkan budaya baca bangsa, duiantaranya Adanya penggerak literasi, alokasi waktu untuk membaca secara khusus, tersedianya buku-buku bacaan, dan adanya program baca.
“Melalui program Tantangan Membaca Surabaya para siswa ditantang untuk membaca buku mulai 1 April s/d 31 Desember 2015 dengan target sebanyak 1.000.000 (satu juta) buku”, ungkap Satria dalam penutupan raker kepala sekolah, kemarin (03/09).
Terkait pengembangan budaya mutu di tingkat SD, pakar pendidikan sekaligus Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi menuturkan tantang global seperti adanya perubahan UU 20/2003, Permendikbud 21/2015, Era-ICT, Neurosains (IQ), Problem akhlak, serta Persaingan MEA melandasi perubahan kompetensi lulusan berdampak pada perubahan perilaku pembelajaran yang bermuara pada peningkatan mutu kelulusan dibutuhkan adanya pendidian budaya mutu.
“Kecerdasan IQ bukanlah hal utama untuk meraih kesuksesan, namun juga harus disertai dengan kompetensi berbagai bidang”.
Terkait P2KGS, Kadispendik Surabaya Ikhsan menjelaskan program penguatan kompetensi guru ini memiliki banyak manfaat. Untuk para guru, mereka akan bisa memahami kurangnya di mana sehingga bisa memperbaiki dan efeknya juga positif kepada murid yang diberi materi. Selama ini, pelatihan untuk para guru masih bersifat umum. Semisal mengubah pola pikir (mindset) guru, mengembangkan potensi anak dan juga strategi mengajar yang disesuaikan siswa. “Anak-anak bila diajari oleh guru yang menguasai materi, tentunya hasilnya akan lebih baik. Sementara bagi guru, dengan mengikuti penguatan kompetensi, diharapakan ketika mengikuti Ujian Kompetensi Guru (UKG), hasilnya jadi lebih baik karena sudah menguasai materinya,” jelas mantan Kepala Bapemas KB Kota Surabaya ini. (Humas Dispendik Surabaya)