Kesenian dari barang bekas adalah salah satu jenis hasil karya seni oleh individu ataupun kelompok di mana bahan – bahannya terdiri dari barang-barang bekas. Kesenian barang bekas pertama kali dikenalkan oleh Wensislaus Makur, seorang kelahiran Flores. Dia merupakan bekas buruh bangunan di Bali.
Wensislaus Makur membuat tas unik dari limbah karung plastik beras, sampai menembus pasar konsumen di Eropa Barang-barang bekas yang dijadikan karya seni ini adalah bentuk pemanfaatan, penghematan, dan gerakan untuk menjaga lingkungan. Banyak orang yang sering membuang barang-barang bekas ke tempat sampah, padahal sebagian masih dapat dimanfaatkan. Barang-barang ini sebenarnya layak untuk orang lain, oleh sebab itu kita harus jeli memanfaatkan barang tersebut. Pemanfaatan barang bekas perlu dilakukan karena selain untuk menghemat,kita juga telah turut menjaga lingkungan.
Tak ada rotan, akarpun jadi, begitulah bunyi salah satu peribahasa Indonesia yang mengandung makna dalam keadaan terpaksa, kita harus kreatif untuk bisa memecahkan masalah yang sedang dihadapi dengan menggunakan alat atau cara – cara yang tidak biasa. Peribahasa ini tepat digunakan untuk kesenian dari barang bekas, karena barang yang unik itu tidak hanya dibuat dengan menggunakan bahan dan teknologi yang tinggi, tetapi kita bisa memanfaatkan barang bekas dengan cara yang sangat sederhana. Beberapa contoh barang bekas yang ada di sekitar kita, seperti plastik, bungkus sabun, bungkusan permen, kardus bekas, kertas bekas atau koran bekas, gelas retak, gelas plastik, sedotan minuman, benang, boneka, celengan, kaleng bekas, kapas dapat dimanfaatkan menjadi barang yang mempunyai nilai estetika. Mengetahui info dan berita mengenai berbagai hal sudah menjadi kebutuhan setiap manusia. Untuk mengetahui isi dunia, kita tidak perlu berkeliling dunia. Kemudahan akses informasi sekarang ini memudahkan orang untuk mengetahui kabar terkini bahkan hingga ke tempat yang jauh sekalipun. Ada banyak media informasi misalnya televisi, radio, internet, majalah, buku, maupun koran.
Koran merupakan salah satu media informasi yang tidak pernah hilang dalam kehidupan manusia. Sampai saat ini koran merupakan salah satu media informasi yang cukup diminati masyarakat. Bahkan tidak sedikit orang yang berlangganan koran untuk mengetahui informasi terbaru. Namun, setelah dibaca, orang sering mengabaikan koran tersebut,bahkan membuangnya. Jika koran itu diabaikan, maka lama-kelamaan akan menumpuk dan mengotori rumah. Biasanya, orang akan menjualnya ketukang loak. Hal ini memang merupakan sebuah solusi praktis yang cukup baik. Tetapi, koran-koran bekas yang awalnya hanya mengotori rumah itu dapat kita olah menjadi barang-barang yang memiliki fungsi sehingga bisa dipakai serta mempunyai nilai seni dan nilai ekonomis yang tinggi. Koran bekas tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam produk kerajinan seperti kap lampu, vas bunga, tempat tisu, tempat majalah, keranjang buah, tempat pensil, baki, keranjang sampah, dompet, wadah perhiasan, wadahtelepon genggam, tempat pakaian kotor, asbak, dan hiasan dinding.
Selain memanfaatkan koran bekas, plastik bekas pun dapat dimanfaatkan. Banyak pihak yang mengungkapkan Surabaya adalah kota metropolitan yang modern. Kota metropolitan ini memiliki bangunan bertingkat dan pusat-pusat perbelanjaan modern yang menawarkan berbagai produk modern. Namun dari segi kebersihan lingkungan, Surabaya belum memenuhi kriteria tersebut.
Sampah plastik bekas bungkusan sabun cuci, pewangi busana, pengharum ruangan, dan sebagainy dapat diubah menjadi karya kreatif yang berguna. Mulai dari dompet berbagai ukuran, tas, sampai payung, dan berbagai pernak-pernik bermanfaat lainnya. Ibu-ibu yang menjadi kader lingkungan di kedua tempat itu, terlihat antusias mengumpulkan plastik-plastik bekas bungkusan dan dijahit menjadi dompet, tas, payung, dan barang-barang berguna lainnya.
Melihat hal tersebut SMP PGRI 6 Surabaya berupaya memanfaatkan barang bekas yang kemudian didaur ulang menjadi sebuah barang yang memiliki manfaat, Kamis (04/02).
Barang – barang bekas kemudian dimanfaatkan oleh seluruh siswa kelas 7 Dan kelas 8 menjadi kerajinan. Adapun barang bekas yang dimanfaatkan oleh siswa kelas 7 dan kelas 8 adalah sendok sendok plastik, sendok plastik tersebut kemudian dibuat menjadi tempat lampu .
Menurut Nur Wulandari siswa kelas 7, mengutarakan kegiatan ini sangat bermanfaat melatih memanfaat dalam memanfaatkan barang– barang bekas untuk di daur ulang menjadi keterampilan tempat lampu .
Sementara itu, Kepala SMP PGRI 6 Banu Atmoko , S.Pd berharap kelak lampu – lampu dari sendok ini bisa di jual dan di buat pameran pada saat rapotan atau kelulusan untuk di pamerkan kepada wali murid, sehingga wali murid bisa bangga atas hasil karya putra / putri mereka. (Humas Dispendik Surabaya)