Gegap gempita pekik “Selamatkan Hutan Indonesia” dari tak kurang 60 tim peserta lomba yel-yel tingkat SMP Se Kota Surabaya dan ribuan pendukungnya menyemarakkan suasana Minggu pagi (25/10) di Taman Flora Surabaya. Ruang hijau yang masih dipertahankan Pemkot Surabaya sebagai area publik bagi masyarakat Surabaya mulai pagi sudah dipadati oleh pengunjung, baik peserta lomba atau pengunjung yang berasal dari keluarga yang ingin menikmati liburan Minggu bersama anak-anak mereka. Hadir pada acara Mochamad Zamroni, jajaran penggerak Tunas Hijau dan tampak beberapa Kepala Sekolah SMP Negeri , sekaligus sebagai pemain tim yel-yel sekolah masing-masing.
Dengan ikat kepala bertuliskan “Selamatkan Hutan Indonesia”, Mochamad Zamroni, President of Tunas Hijau Indonesia, mengajak para peserta untuk menyerukan keberbagai pihak agar bahu membahu untuk saling membantu dalam menangani masalah kebakaran hutan yang dampak polusi asapnya telah menyebar ke mana-mana, selain menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat, khususnya pada anak-anak balita.
“Bukan karena ikut latah aksi-aksi yang telah beritakan oleh media massa atau media sosial seputar kebakaran hutan diberbagai wilayah Indonesia, seperti Riau, beberapa Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai di Papua. Hal ini demi menyadarkan siswa Surabaya, dan warga masyarakat turut memiliki rasa kepedulian berbangsa.”, tambah pria yang akrab dipanggil Mas Rony.
Masih menurut Rony, saat pembukaan acara menuturkan bahwa tema Lomba Yel-Yel Surabaya Eco-School 2015 adalah Konservasi Air. Usaha konservasi air bertujuan di antaranya untuk menjaga keseimbangan, yaitu menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya. Di samping sebagai penghematan energi, pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah mengonsumsi energi besar. Dan tidak kalah penting yaitu untuk konservasi habitat, penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi aliran air. Termasuk usaha-usaha baru, seperti membuat lubang biopori, membuat resapan, sampai pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air. Diharapkan sekolah menjadi ujung tombak pemberi wawasan sekaligus implementasi kepada para siswa, pungkas Rony.
Warna-warni gemebyar kostum para tim peserta yel-yel dan alat musik pendukungnya dibuat dari bahan yang memanfaatkan sampah atau limbah rumah tangga sehari-hari. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle. Reduce yaitu mengurangi sampah. Sebisa mungkin dapat meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Adapun reuse yaitu menggunakan kembali, sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, lalu buang. Sedangkan recycle adalah mendaur ulang. Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Pada kesempatan yang sama Rony menyerahkan piala Clean Up The World, Kenjeran Beach Cleun Up, September 20th, 2015 bagi peserta dengan kategori Peserta Terbanyak : SMPN 23, Kostum Terunik SMP : SMP Petra I, Program Pengamanan Pantai : SDN Tanah Kali Kedinding, dan Kostum Terunik SD : SDN Kaliasin I. (Humas Dispendik Surabaya)