Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan serta mengembangkan budaya lokal bangsa, salah satunya yakni dengan mengasah keterampilan siswa sehingga menghasilkan karya bermanfaat, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun juga berguna bagi lingkungan.
Pagi tadi, Jumat (23/03/2018) guna membekali keterampilan siswa, khususnya keterampilan Kriya Daun Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) memberikan pelatihan kepada guru SD.
Kasi Kurikulum Sekolah Dasar Muaniyah menjelaskan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dispendik tidak hanya mengembangkan kemampuan akademik siswa saja, namun juga terus menggali bakat dan potensi siswa di berbagai bidang.
“Kita ingin mereka nantinya memiliki jiwa cinta tanah air serta turut melastarikan budaya daerah sekaligus memiliki jiwa enterpreneurshipnya”, ujar Munaiyah ketika membuka pelatihan di ruang aula Ki Hajar Dewantara.
Ia menyampaikan karena sasarannya nanti kepada siswa, maka yang dilatih terlebih dahulu adalah guru. Setelah para guru mendapatkan pelatihan diharapkan mampu mengimbaskan dan mengimplementasikan pengetahuan dan pengalaman yang didapat selama pelatihan ke siswa, guru, serta sekolah.
“Guru jangan hanya terpatok pada juknis, namun juga harus mampu mengembangkan kreatifitas pembelajaran”.
Sementara itu, Siti Retnanik narasumber pelatihan Kriya Daun menuturkan sampah daun dapat diolah menjadi sesuatu barang yang bermanfaat dan memiliki ekonomi yang tinggi. Daun-daun kering tersebut kemudian diolah dikreasikan menjadi aneka kerajinan unik yang kini mampu menembus pasar eropa.
“Untuk menjadi pengusaha yang sukses kuncinya sabar dan tekun”, ujar pemilik Bengkel Kriya Daun yang terletak di kawasan Ngagel Mulyo.
Nanik juga menjelaskan, proses menjadikan daun kering bisa awet terlebih dahulu memilih daun yang berwarna hijau agar warnanya tidak berubah dan kusam serta tetap segar dan kemudian di rebus dengan ditambahkan garam dapur. Tetapi kalau mendapatkan daun yang kering atau sudah busuk, bisa direbus dengan citrun zuur (asam sitrat) supaya warna coklatnya awet. Setelah itu dikreasikan menjadi produk-produk daur ulang. (Humas Dispendik Surabaya)