Komisi IV DPRD Kabupaten Badung, Provinsi Bali, yang salah satunya membidangi pendidikan, melakukan kunjungan kerja ke Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya. Kunjungan ini untuk mengetahui kebijakan Kota Surabaya dalam upaya penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen.
Dalam kesempatan ini, Komisi IV DPRD Kabupaten Badung ditemui Sekretaris Dispendik Kota Surabaya Ida Widayati, Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Menengah (Sekmen) Tri Endang Kustianingsih, Kabid Sekolah Dasar (Sekdas) Munaiyah, Sub Koordinator Kurikulum Sekmen Atiko, dan Sub Koordinator Kurikulum Sekdas Suyono.
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Badung I Made Sumerta mengatakan, Kabupaten Badung sempat menjadi zona hijau karena pasien cuma 1. Saat itu, pemerintah setempat melaksanakan PTM terbatas 50 persen. Sekarang ini, saat menjalankan PTM 100 persen, ada satu orang yang terindikasi positif.
“Kami ingin tahu kebijakan di Surabaya terkait PTM 100 persen. Karena di Badung sempat ada 1 siswa yang positif,” ujarnya.
Sekretaris Dispendik Kota Surabaya Ida Widayati mengungkapkan, saat PTM 100 persen, Dispendik bekerja sama dengan banyak pihak, seperti Dinas Kesehatan, epidemologi, pakar kesehatan masyarakat, dewan pendidikan, hingga DPRD Kota Surabaya. “Ada evaluasi tiap minggu,” katanya.
Kabid Sekmen Dispendik Kota Surabaya Tri Endang Kustianingsih menambahkan, PTM 100 persen berdasar SKB 4 Menteri. Namun, tetap menyesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah. Untuk itu dilakukan PTM 100 persen dengan dua gelombang.
Untuk jenjang SMP, gelombang pertama dimulai pukul 06.30 sampai 09.30 WIB. Kemudian gelombang kedua dimulai pukul 10.30 sampai 13.30 WIB. “Ada jeda 60 menit untuk pergantian shift. Sebelumnya 30 menit untuk jeda. Berdasar evaluasi mingguan, maka jeda jadi 60 menit untuk menghindari kerumunan,” ujarnya.
Sedangkan jenjang SD, gelombang pertama dimulai pukul 07.00 sampai 09.00 WIB, gelombang kedua dimulai 10.00 sampai 12.00 WIB. Pendidikan nonformal dan kesetaraan dimulai pukul 08.00 sampai 09.00 WIB.
“Siswa yang berhalangan hadir ke sekolah karena sakit, tetap kami berikan pelayanan, kami menggunakan hybrid learning. Jadi, yang di rumah bisa daring mengikuti pembelajaran,” jelasnya.
Sebelum PTM dilakukan, sekolah-sekolah telah melaksanakan simulasi. Dengan simulasi ini, lanjut Endang, siswa maupun guru dan tenaga kependidikan terbiasa menerapkan protokol kesehata. “Kami juga punya instrumen berupa aplikasi bernama Siap Tatap Muka Jaga (STMJ) Surabaya,” tandasnya. (Humas Dispendik Surabaya)