Kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) membangun beberapa sekolah menjadi satu gedung sekolah (merger) bertujuan agar manajemen sekolah bisa lebih mudah dan tertata. Selain itu, kondisi sekolah dan juga psikologis anak dalam proses belajar, menjadi pertimbangan yang penting dalam melakukan merger sekolah.
Penegasan tersebut disampaikan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini ketika memberikan pengarahan di acara penandatanganan pakta integritas kepala sekolah yang digelar di Graha Sawunggaling, di lantai 6 gedung Pemkot Surabaya , Kamis (6/2).
Dikatakan walikota, selama ini, ketika sekolah-sekolah yang kebanyakan Sekolah Dasar (SD) tersebut belum dibangun menjadi satu bangunan, proses belajar-mengajar berjalan kurang kondusif. Ini karena ada sekolah yang berdekatan di mana ada satu sekolah yang muridnya sedang melaksanakan ulangan harian, sementara sekolah tetangganya justru murid nya sedang berolahraga.
“Kalau seperti itu kan malah jadi berantem. Lalu kita bangun (sekolah) vertikal semua. Manajemen sekolahnya jadi lebih mudah,” tegas Walikota Risma.
Walikota Risma juga menjelaskan terkait kebijakan menurunkan kepala sekolah (Kasek) menjadi guru biasa. Dijelaskan walikota, Pemkot Surabaya tentu tidak serta merta membuat kebijakan menurunkan kepala sekolah menjadi guru biasa jika tidak ada aturan yang dijadikan pegangan.
“Itu kan ada aturannya. Saya dapat cerita back ground dari Pak Ikhsan (Kepala Dinas Pendidikan Surabaya) aturannya kalau ndak boleh yah ndak boleh. Kalau ndak salah jabatan maksimal Kasek itu kan delapan tahun. Ndak ada aturan terus menerus. Kalau seperti itu malah menyalahi aturan. Kalau nanti dia (Kasek) ndak dapat pensiun bagaimana coba,” tegas walikota Risma.
Namun, walikota menyadari bahwa tidak semua orang bisa menerima dengan mudah keputusan tersebut. Karenanya, walikota yang sukses membawa Kota Surabaya meraih banyak penghargaan di level nasional dan internasional ini merasa perlu memberikan motivasi kepada kepala sekolah yang kini diturunkan menjadi guru biasa. Dikatakan walikota, jabatan hanyalah titipan dari Tuhan.
“Ayo jangan jadikan ini jadi sesuatu yang kalau hilang kayaknya sudah habis. Padahal kan tidak. Itu kan titipan, termasuk saya. Ndak usah khawatir masyarakat nanti akan ngomong apa, karena itu kan hanya titipan,” jelas walikota.
Selain kepala sekolah yang diturunkan menjadi guru biasa, pada acara penandatanganan pakta integritas kepala sekolah di lingkungan Pemkot Surabaya tersebut, ada 27 kepala sekolah baru yang dilantik. Rinciannya, 12 kepala sekolah di tingkat sekolah dasar, 10 kepala sekolah tingkat SMP, empat kepala sekolah tingkat SMA dan satu kepala sekolah tingkat SMK.
Walikota juga mengakui, Pemkot Surabaya kehilangan beberapa guru. Ini karena beberapa guru yang diterima lewat jalur tes CPNS beberapa waktu lalu, ternyata memilih mundur karena diterima ditempat lain. “Saya masih membutuhkan guru lagi,” ujar walikota.
Dalam kesempatan tersebut, Walikota Risma juga mengajak seluruh kepala sekolah dan guru untuk memberikan dedikasi secara total ketika bekerja. Menurut walikota, profesi guru tidak hanya penting bagi kota Surabaya, tetapi juga bagi negeri ini. “Keberhasilan bangsa ini ada di tangan panjenengan. Karena itu, ayo kita beri yang terbaik, mumpung diberi kesempatan. Kapan lagi, besok belum tentu,” sambung walikota. (Humas Dispendik Surabaya)