Dyslexia adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Hal tersebut ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan dalam memahami meskipun normal atau diatas rata-rata. Ini termasuk kesulitan dalam penerapan disiplin Ilmu Fonologi, kemampuan bahasa/pemahaman verbal. Diseleksia adalah kesulitan belajar yang paling umum dan gangguan membaca yang paling dikenal. Ada kesulitan-kesulitan lain dalam membaca namun tidak berhubungan dengan disleksia.
Beberapa melihat disleksia sebagai sebuah perbedaan akan kesulitan membaca akibat penyebab lain, seperti kekurangan non-neurologis dalam penglihatan atau pendengaran atau lemah dalam memahami instruksi bacaan. Ada 3 aspek kognitif penderita disleksia yaitu Pendengaran, Penglihatan, dan Perhatian. Disleksia mempengaruhi perkembangan bahasa seseorang.
Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.
Menurut para peneliti, Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapapenelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca).
Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.
Tadi pagi (04/06), bertempat di gedung Wanita sekitar 250 guru TK yang tergabung dalam IGTKI Surabaya ikuti kegiatan worshop yang bertemakan “Mengenali Lebih Dekat Dyslexia dan Kesulitan Belajar”. Workshop tersebut dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM serta dihadiri oleh Ketua DWP Kota Surabaya Ny. Hendro Gunawan.
Dalam sambutannya, Hendro mengungkapkan perkembangan awal seorang pada jenjang pendidikan diawali mulai pendidikan PAUD dan berlangsung ke TK. Melalui pengenalan sejak dini tentang apa itu Dyslexia kepada para pendidik diharapkan dapat melakukan deteksi dini serta membuka wawasan tentang bagaimana menyikapi hal tersebut.
Hendro menambahkan melalui sebuah wadah ataupun asosiasi diharapkan dapat saling bertukar informasi dan pengalaman tentang upaya-upaya penanganan optimal agar anak tersebut menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya.
Kadispendik Surabaya Ikhsan, menyampaikan bahwa para pendidik di tingkat dasar harus mampu melihat sejak dini tumbuh kembang anak dengan pendekatan-pendekatan awal. Melalui pendekatan yang baik maka terjalin sebuah komunikasi khusus antara guru dengan murid. Dengan demikian guru dapat mengetahui potensi anak untuk terus dikembangkan kemampuan serta potensi yang dimiliki sehingga dapat menjadi bekal dalam meraih masa depan yang gemilang.
Sementara itu, DR. Purbo Solek narasumber kegiatan ini menjelaskan para pendidik juga harus mampu mengetahui kemampuan kogintif dari bentuk kelainan-kelainan yang ditemukan saat melakukan deteksi dini terhadap seorang anak. Kelainan-kelainan tersebut nantinya yang akan digali dalam mengasah bakat dan potensi mereka. (Humas Dispendik Surabaya)