Peran aktif sekolah induk klaster dalam mensukseskan implementasi kurikulum 2013 khususnya di Surabaya menjadi sebuah kunci keberhasilan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan terutama dalam menyiapkan guru, peserta didik, dan warga sekolah menghadapi tantangan pendidikan ke depan. Hal tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan dari berbagai pihak terutama bagi sekolah-sekolah sasaran ataupun mandiri yang telah menerapkan kurikulum 2013.
Tadi siang (06/10) bertempat di SMAN 21 Kadispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM menyampaikan bahwa diharapkan nantinya sekolah induk klaster menjadi konsultan bagi sekolah-sekolah lainnya dalam rangka penguatan implementasi kurikulum 2013 di Surabaya.
Melalui kegiatan In House Training (IHT), para guru di sekolah dilatih untuk memperdalam kurikulum 2013 sehingga nantinya mereka memiliki kesiapan dalam melakukan pengajaran kepada para siswa.
Sementara itu, terkait buku kurikulum 2013 Kadispendik Ikhsan menerangkan Pemkot Surabaya tengah menyiapkan pengadaan buku kepada sekolah-sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 secara mandiri, kemungkinan bulan Oktober buku-buku tersebut dapat segera didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Tidak hanya itu, Dispendik telah menghitung jumlah guru dan siswa untuk menyiapkan buku kurikulum 2013 pada tahun 2016. Jadi ketika tahun ajaran baru para siswa sudah dapat menerima buku kurikulum 2013.
Berbicara P2KGS, Ikhsan menjelaskan P2KGS bukanlah sebuah tes seperti UKG namun lebih tepatnya menyiapkan para guru menjadi tenaga pendidik yang betul-betul professional di bidangnya. Ikhsan berharap agar semua guru menilai diri sendiri dengan jujur, karena jika terdapat kekurangan maka akan diberi sebuah penguatan dengan melakukan pendampingan yang tepat sasaran.
P2KGS diawali dengan penilaian diri sendiri dan pengerjaan soal, hasilnya digunakan sebagai bahan evaluasi dan dianalisa. Melalui hasil analisa, Dispendik Surabaya bakal mengeluarkan rekomendasi penguatan kompetensi bagi guru yang mempunyai kekurangan di berbagai aspek. Peningkatan kompetensi tiap-tiap guru sesuai dengan titik lemahnya tapi tetap berlandaskan mapel yang diampu.
P2KGS dilakukan secara online. Namun, pelatihan diberikan dengan tatap muka langsung bersama narasumber berkompeten yang ditunjuk Dispendik Surabaya.
“Pelatihan model in-on, in-on. In pertama berupa pelatihan, kemudian on-nya mempraktikkan hasil pelatihan di sekolah. In kedua berupa pelatihan kembali untuk menutupi kekurangan saat praktik sesuai evaluasi, on terakhir adalah praktik kembali”.
Ikhsan menambahkan dari pelatihan 32 jam para guru akan mendapat 1 poin angka kredit, pembuatan resume kegiatan mendapatkan 2 poin angka kredit, pembuatan karya tulis dalam bentuk PTK mendapatkan 3 poin angka kredit, dan publikasi jurnal online Dispendik mendapat 3 poin angka kredit.
“Semua program Dispendik tidak dipungut biaya sama sekali”, tegas Mantan Bapemas dan KB kota Surabaya tersebut. (Humas Dispendik Surabaya)