Forum Guru IPS Seluruh Indonesia (FOGIPSI) Jawa Timur melaksanakan bimbingan teknis (Bimtek) dan musyawarah kerja nasional (Mukernas) bertemakan strategi dan teknik pembelajaran 4.0 dalam menyongsong Era Society 5.0 di Universitas Narotama, Sabtu (9/3/2019). Kegiatan tersebut dibuka langsung Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Menengah (Sekmen) Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Sudarminto.
Ketua Umum FOGIPSI Jatim Shahibur Rachman mengatakan, sekitar 200 peserta dari 32 provinsi hadir dalam kegiatan ini. Bukan hanya guru mata pelajaran (maple) IPS, guru PKn juga turut menjadi peserta. Kegiatan dilaksanakan dua hari, Sabtu (9/3/2019) dan Minggu (10/3/2019). “Kami ingin mengasah diri secara terus menerus di era milenial ini,” katanya.
Pria yang juga menjabat Kepala SMP Negeri 19 Surabaya ini melanjutkan, guru-guru IPS dan PKn sekarang ini merupakan generasi penikmat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Sementara siswa yang dididik sehari-hari adalah generasi yang terbiasa dengan TIK. “Untuk itu, forum ini untuk mewadahi dan menyambung hubungan guru dan siswa milenial,” ujarnya.
Kabid Sekmen Dispendik Kota Surabaya Sudarminto menjelaskan, sekarang ini merupakan era Revolusi Industri 4.0. Era ini ditandai dengan digitalisasi karena mudahnya mengakses internet serta kecerdasan buatan. “Dengan kondisi sedemikian rupa di luar, apakah pembelajaran di kelas tetap konvensional? Jawabnya tidak. Harus ada perubahan-perubahan,” ungkapnya.
Untuk itu, dalam Kurikulum 2013 diutamakan penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan penajaman-penajaman, literasi, keterampilan 4C (communication, collaboration, critical thinking and problem solving, creativity), dan guru mampu menyusun soal berbasis HOTS. Sudarminto menyatakan, saat ini guru dituntut itu semua.
“Pembelajaran sekarang ini bukan lagi teacher center, melainkan harus student center. Kalau anak banyak tanya, itu indikator berpikir kritis. Nah, guru tinggal menggali agar anak-anak lebih kreatif,” ungkapnya.
Apalagi, lanjut Sudarminto, ruang kelas di sekolah saat ini berisikan siswa dengan beragam kompetensi. Tentunya, guru harus bisa meningkatkan semua kompetensi yang dimiliki siswa tersebut. Jangan sampai ada anak yang tidak terfasilitasi kompetensinya.
“Kota Surabaya itu sudah memfasilitasi sekolah-sekolah dengan berbagai sarana prasarana untuk pembelajaran. Bahkan, kami saat ini memiliki 34 aplikasi untuk menunjang segala proses pelayanan kepada masyarakat,” tandasnya.
Penasehat FOGIPSI Prabu Diaz Setiadi mengaku sangat iri dengan pendidikan yang ada di Kota Surabaya. Menurut dia, tempat asalnya, Kota Cirebon, meski dekat dengan Ibukota Negara, pendidikannya belum sampai ada online-online sebanyak Kota Surabaya. “Itu merupakan tantangan bagi kita semua, terutama guru-guru IPS untuk menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0,” pungkasnya. (Humas Dispendik Surabaya)