Penampilan permaianan alat musik angklung dan kolintang yang dibawakan secara apik oleh para siswa kelas 7 dan 8 SMPN 22 pukau puluhan orang tua yang tengah hadir menyaksikan pementasan hasil belajar Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS). GSMS merupakan salah satu program yang memberikan peluang dan kesempatan kepada seniman dan sekolah bersinergi untuk melatih seni budaya di sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) Ikhsan mengungkapkan ada empat SD dan empat SMP di Surabaya yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jatim untuk melaksanakan kegiatan GSMS berdasarkan karakteristik seni budaya yang dikembangkan pada sekolah masing-masing.
“Selain SMPN 22 dengan seni anklung dan kolintangnya, ada pula SMPN 21 dan SMPN 3 dengan seni karawitannya, dan SMPN 45 dengan pengembangan seni ludruknya”, ujar Ikhsan ketika membuka acara GSMS di SMPN 22, siang tadi Selasa (12/12/2017).
Ikhsan menuturkan bahwa setiap sekolah di Surabaya punya keunggulan di bidangnya masing-masing. Menurutnya, tidak semua anak harus nilai matematika atau bahasa indonesianya 100 tapi kita juga harus perlu memperhatikan bakat dan potensi yang dimiliki masing-masing siswa.
“Hobinya apa?, menguasai apa?, itu nanti yang akan kita kembangkan dan fasilitasi, biar anak Surabaya memiliki kemampuan yang komplit”.
Kasie Nonakademis UPT Bina Prestasi dan Peserta Didik Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Slamet Riadi menyampaikan selain empat ada pula beberapa SD yang menjadi sasaran GSMS di kota Surabaya diantaranya, SDN Penjaringan 1 dengan seni lukisnya, SDN Kaliasin, SDN Barata Jaya, dan SDN Muhammadiyah 4 pucang.
Kepala SMPN 22 Sisminarto berujar bahwa ekstrakuriuler yang ada di sekolahnya merupakan sebuah saluran dalam mewadahi bakat dan potensi siswa, sehingga tidak hanya kecerdasan intelektual saja yang diberikan selama di sekolah namun bakat dan potensi anak juga menjadi sebuah perhatian tersendiri.
“Anak-anak bebas memilih ekstrakurikuler yang ada sesuai bakat dan potensinya, termasuk ekstrakurikuler angklung dan kolintang ini”.
Sementara itu, Ngatijah guru seni budaya sekaligus pembina ekstrakurikuler angklung dan kolintang SMPN 22 peminat ekstrakulikuler tersebut cukuplah banyak tercatat 92 anggota aktif yang terdiri dari siswa kelas 7 dan 108 anggota aktif kelas 8. Ia mengungkapkan tahapan yang paling sulit adalah tahapan belajar kolintang, oleh sebab itu sebelum belajar kolintang para siswa diajari terlebih dahulu teknik bermain angklung, baru nanti ketika sudah menguasai angklung siswa tersebut dapat belajar seni kolintang.
Program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) dilaksanakan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler, agar para peserta didik dapat menyerap secara langsung ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki seniman. Program ini dilaksanakan dalam rangka menanamkan kecintaan dan wawasan yang lebih luas tentang karya seni budaya sehingga dapat memperkuat karakter para peserta didik. Hasil kegiatan ekstrakurikuler dapat dipresentasikan dalam bentuk pameran/pementasan dengan melibatkan publik (guru, tenaga pendidik, komite sekolah, masyarakat di sekitarnya) untuk diapresiasi. (Humas Dispendik Surabaya)