Semangat pantang menyerah dan tidak mudah putus asa mampu menghantar empat guru surabaya mengikuti seleksi lomba guru tingkat nasional. Tiga mengikuti seleksi lomba guru berprestasi (gupres) tingkat nasional dan satu orang mengikuti seleksi lomba anugerah konstitusi.
Mereka yang mengikuti seleksi gupres yakni Drs. Biwara Sakti Pracihara, M.Pd, Sukamto, S.Pd, Puguh Handoyo, S.Pd dan Sriyanto wakil guru Surabaya dalam lomba anugerah konstitusi.
Biwara Sakti Pracihara atau yang akrab dipanggil oleh Praci ini menuturkan pengalamannya bahwa untuk dapat mengikuti seleksi gupres tingkat nasional banyak tantangan yang harus ia lewati, setelah gagal mengikuti gupres tingkat kota pada tahun 2014 dirinya tidak begitu saja putus asa, Praci kemudian mendaftar kembali pada seleksi gupres tingkat kota namun pada tahun 2015 hanya mampu menduduki peringkat tiga. Nah, baru di tahun 2016 ini dirinya menjadi juara I tingkat provinsi dan mewakili Jawa Timur ke tingkat nasional.
“Modalnya cuman satu yakni semangat Bonek (Bondo nekat)”, ujar Praci ketika bertemu Kadispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM di ruang HOS Cokroaminto, Senin (08/08).
Guru SMKN 12 jurusan DKV tersebut menambahkan bahwa semangatnya untuk terus mengikuti seleksi tidak lain kerena selama ini belum ada guru produktif SMK di Surabaya yang menjadi gupres tingkat nasional.
“Itu merupakan motivasi saya untuk terus mengikuti seleksi”.
Melalui karya “Media Pembelajaran Buku Tutorial Desain Grafis Berbasis Entrepreneurial” Praci juga berkisah untuk dapat lolos ke tingkat nasional harus memiliki strategi tersendiri baik dalam penyusunan protofolio maupun dalam mempresntasian karya. Pertama untuk portofolio meskipun tidak tebal harus semua komponen yang terkandung harus terisi dengan lengkap serta pada saat melakukan presentasi harus menarik perhatian para juri.
“Waktu presentasi saya menggunakan X-Banner untuk menampilkan prestasi, baik secara nasional, internasional, maupun sosial”.
Berbeda dengan Praci, Sukamto guru SMALB Karya Mulia menggunakan metode kreatif dalam mengajari anak tuna rungu membuat sepatu biasa menjadi karya yang luar biasa. Metode tersebut dinamai SSJ (Sim Salabim Jadi). Dengan waktu singkat para siswa mampu menyulap sepatu mejadi barang yang siap untuk dipasarkan.
“Caranya yakni para siswa terlebih dahulu mensimetriskan pola gambar pada dua sepatu termasuk coraknya, kemudian baru di cat”.
Selain Praci dan Sukamto ada lagi gupres yang menuturkan kisahnya, yakni Puguh Handoyo dari SDN Rangkah VI. Puguh mampu menggabungkan Media Pembelajaran berbasis Si Inul (Skema Konversi dan Satuan Volume) dengan media seni pewayangan dalam melakukan pembelajaran matematika di kelas.
Dan yang terkahir ialah Sriyanto, guru SMP Al-Hikmah tersebut membuat inovasi pembelajaran Pkn dengan melalui tim adhoc Pendemo (Penegak Demokrasi). Menurutnya Pendemo mampu membangun dan menyadarkan budaya demokrasi yang baik di sekolah, seperti halnya dalam proses pemilihan ketua OSIS dan pembuatan gerakan tulis di mading.
Sementara itu, pada kesempatan ini Kadispendik Ikhsan menghimbau agar para calon-calon guru berprestasi ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu berkomunikasi pada saat melakukan pemaparan di hadapan para juri.
“Saya harap guru-guru ini menjadi juara nasional sehingga mampu memotivasu guru Surabaya lainnya untuk berprestasi”.
Ikhsan juga berpesan agar catatan-catatan yang diberikan para juri selema mengikuti seleksi baik mulai tingkat kota hingga tingkat nasional dapat dijadikan masukan yang berharga dalam meraih sebuah prestasi. (Humas Dispendik Surabaya)