Gerakan peduli lingkungan hidup sekolah-sekolah atau akrab disebut dengan Surabaya Eco School 2017 kembali digelar. Peresmian program lingkungan hidup yang sudah menginjak tahun ketujuh ini dilaksanakan di Graha Sawunggaling, Minggu (27/08). Dihadapan lebih dari 406 kepala sekolah SMP Negeri dan Sekolah Dasar Negeri /Swasta se-Kota Surabaya, Tunas Hijau mengajak sekolah-sekolah untuk segera melakukan hal-hal praktis yang langsung bisa diterapkan di sekolah pasca launchingprogram ini.
Anggriyan Permana, aktivis senior Tunas Hijau, dalam laporan rencana gelaran program Surabaya Eco School 2017, mengatakan beberapa hal praktis yang dapat langsung diterapkan adalah membentuk tim lingkungan hidup yang terdiri tidak hanya siswa dan guru, melainkan melibatkan kepala sekolah, orang tua siswa atau komite sekolah, petugas kantin hingga karyawan. “Bila tim lingkungan sudah terbentuk, segera ajak mereka review permasalahan lingkungan yang ada di sekolah,” ujar Anggriyan.
Melalui tema Surabaya Eco School 2017 yang masih mengusung konsep Zero Waste, Anggriyan menambahkan sekolah-sekolah diajak langsung untuk melakukan aksi lingkungan hidup berkelanjutan. “Aksi berkelanjutan itu misalnya seperti pemilahan sampah, khususnya sampah kertas dan plastik. Gerakan pemilahan sampah ini harus didukung dengan semua elemen yang ada di sekolah, kalau dari siswa di kelas sudah memilah sampah, tetapi pada akhirnya dibuang jadi satu oleh Pak Bon atau Cleaning Service nya kan ya sama saja sia-sia,” ucap direktur SES 2017.
Tahapan pelaksanaan Surabaya Eco School 2017 akan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap I dengan melibatkan semua sekolah. Sedangkan tahap II dengan 100 sekolah terbaik. Pada tahap I, akan dilakukan “PAKSA RELA” semua sekolah untuk mengikuti workshop lingkungan hidup. PAKSA RELA karena lingkungan hidup adalah hajat semua orang, sedangkan setiap orang juga menghasilkan sampah. Pada workshop awal, setiap sekolah diminta langsung membuat rencana aksi lingkungan berkelanjutan dan merealisasikan rencana tersebut terutama pada pengolahan sampah.
Surabaya Eco School 2017 pada hakekatnya mengajak sekolah melakukan hal praktis yang berkelanjutan di sekolahnya, seperti gerakan pemilahan sampah, gerakan pengolahan sampah organik, gerakan pengurangan sampah plastik, Gerakan Sejuta Lubang Resapan Biopori, Gerakan Penanaman Pohon Hutan Sekolah dan Lahan Terbuka, gerakan massal lingkungan yang melibatkan banyak elemen hingga gerakkan memviralkan kegiatan lingkungan di media sosial melalui penggunaan hastag (#), #surabayaecoschool2017 dan #tunashijauid.
Dalam launching Surabaya Eco School 2017 yang juga terdapat awarding program wirausaha lingkungan Ecopreneur didalamnya, Tunas Hijau menjelaskan skema besar gelaran Surabaya Eco School. Mulai dari adanya tantangan setiap minggu, penghargaan setiap minggunya, lomba yel-yel lingkungan, gerakan massal bersih-bersih pantai kenjeran, lomba jingle lingkungan, penghargaan untuk individu terbaik dan sekolah terbaik di akhir program, membutuhkan partisipasi banyak kalangan, laporan kegiatan berupa dokumentasi dan artikel jurnalisti serta ciri khas sekolah.
Chalid Buchari, Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau yang hadir mewakili Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan bahwa Pemerintah Kota Surabaya selalu mendukung program yang bertujuan untuk membentuk karakter sekolah ramah lingkungan atau kerap disebut Eco School. “Nantinya, para sekolah juara yang menang akan diundang untuk berwisata lingkungan ke TPA Benowo. Tujuannya memotivasi bahwa yang dilakukan di sekolah sangat berdampak pada pengurangan volume sampah di TPA,” ujarnya pada kutipan sambutan. (Humas Dispendik Surabaya)