Ratusan pelajar Surabaya yang tergabung dalam Organisasi Pelajar Surabaya (Orpes) menggelar aksi flashmob di depan Taman Bungkul guna mendukung Kampanye Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual Terhadap Anak (GN-AKSA) yang dicanangkan Pemerintah Kota Surabaya, Minggu (13/12).
Flash mob dari Orpes pun memenuhi jalanan depan Taman Bungkul setelah sirine sebagai peresmian secara simbolis GN-AKSA oleh penjabat walikota beserta kepala SKPD. Banner vertikal bertulis Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak 2015 digelar menggunakan towing car dengan ketinggian puluhan meter disertai balon.
Khusnul Prasetyo Ketua Orpes menuturkan pelajar saat ini harus peka dan peduli terhadap kondisi sosial masyarakat yang tengah berembang, menurutnya kejahatan seksual terhadap anak harus diberantas karena nantinya selain dapat menghacurkan masa depan seorang anak juga berdampak berpengaruh ada psikologisnya.
“Melalui Flashmob kami mencoba untuk menyuarakannya”.
Bersama perwakilan masyarakat, LSM, PKK, DWP, gabungan organisasi wanita, Khusnul membacakan ikrar Komitmen Masyarakat Surabaya Anti Kejahatan Seksual Anak yang diikuti oleh para undangan. Ikrar tersebut mengajak untuk secara aktif melakukan pengawasan anak untuk menghindarkan dari kejahatan seksual dan kekerasan pada anak, menciptakan suasana dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi tumbuh kembang anak dan menegakkan hukum dan peraturan demi terlaksananya perlindungan terhadap anak.
Pada kesempatan ini, Nanis Chairani, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB kota Surabaya dalam laporannya mengatakan, kondisi saat ini sangat memprihatinkan. Mengutip dari sebuah penelitian, Nanis mengatakan tindakan kekerasan pada anak menunjukkan angka yang tinggi pada tahun 2010 hingga 2014 sebanyak 21,6 juta korban kekerasan anak dan 58% adalah kejahatan seksual.
Masih menurut Nanis, sesuai data PPTP2A pada tahun 2014 sebanyak lebih dari 100 anak mengalami pelecehan seksual, pemerkosaan dan pencabulan. Ia menambahkan kekerasan seksual anak terjadi setiap 20 menit. Nanis mengharapkan kerjasama seluruh elemen masyarakat agar anak nyaman di kota sendiri.
Dalam kesempatan tersebut Forum Anak Kelurahan Banyu Urip memperagakan fragmen kekerasan seksual terhadap anak. Anggi, seorang anak perempuan dijual ayahnya sendiri kepada laki-laki hidung belang. Teman sekolah Anggi melaporkan perilaku aneh Anggi kepada guru BP dan diteruskan ke PPTP2A untuk segera ditindaklanjuti. Pada akhir teatrikal ayah Anggi ditahan oleh pihak berwajib.
Nurwiyatno, penjabat Walikota Surabaya dalam sambutannya mengatakan, acara tersebut sebagai wujud komitmrn Pemerintah Kota dan masyarakat terhadap perhatian dan kepedulian dalam lemenuhan hak anak. Menurutnya, anak-anak merupakan titipan tuhan dan pewaris negeri ini. Kondisi anak-anak sangat memprihatinkan, ia mengajak seluruh masyarakat untuk menjalankan profesinya untuk melakukan tugas dalam rangka perlindungan terhadap anak. (Humas Dispendik Surabaya)