Suasana sedang menjalani ibadah puasa pada bulan suci Ramadan kali ini tidak mengendurkan semangat bagi para guru SMP dan SMK Negeri/Swasta untuk mengikuti Pembinaan Kurikulum 2013, atau yang lazim dikenal dengan K-13. Kegiatan serentak dimulai sejak Senin, 7 Juli 2014 sampai dengan Kamis, 10 Juli 2014, yang dilaksanakan di berbagai sekolah tempat penyelenggaraan ini merupakan kegiatan terakhir dari rangkaian kegiatan Pembinaan K-13.
Pelakasanaan pembinaan kurikulum K-13 ini diikuti setidaknya oleh 1.807 guru SMP dari berbagai mata pelajaran dan 906 Guru SMK se-Surabaya. Kasi Tenaga Non Fungsional Dispendik Verawati, merinci bahwa untuk tingkat SMP diikuti 267 guru agama, 110 guru PPKn, 191 guru bahasa Indonesia, 196 guru bahasa inggris, 84 guru bahasa jawa, 189 guru matematika, 197 guru IPA, 159 guru IPS, 112 guru seni budaya, 96 guru penjaskes, 90 guru BK, dan 116 guru prakarya.
Sedangkan, untuk tingkat SMK diikuti 117guru agama, 84 guru PPKn, 92 guru bahasa Indonesia, 131 guru bahasa inggris, 61 guru sejarah, 145 guru matematika, 75 guru kewirausahaan, 58 guru seni budaya, 94 guru penjaskes, 49 dan guru BK. “Total ada 2.713 guru yang mengikuti pembinaan ini”.
Pada saat memantau pelaksanaan pembinaan K-13 di SMP Praja Mukti Surabaya, Senin (7/7), Drs. Jatno, M.Pd., Pengawas Dikmenum Dispendik Surabaya, menuturkan saat briefing dengan para fasilitator bahwa K-13 dilaksanakan atas dasar adanya perubahan mindset, mengapa KTSP harus diganti? Konten kurikulum tersebut terlalu padat, tingkat kesukaran materi melampaui tingkat perkembangan anak. Orientasinya cenderung pada keberhasilan kompetensi kognitif saja, sementara kompetensi afektif dan psikomotor masih lemah. Akibatnya, banyak tawuran, asusila, narkoba, dan kriminal.
Untuk itu, performa para fasilitator di hadapan para guru sangat menentukan tingkat pemahaman mereka tentang K-13. Harapannya, pada tahun pelajaran 2014/2015 semua guru di Surabaya untuk semua jenjang pendidikan telah memahami dan memjalankan K-13. Bapak/Ibu yang terpilih sebagai fasilitator ini tentu telah memiliki kompetensi dan mumpuni, kelakar Jatno untuk memberikan semangat kepada para fasilitator.
Sementara itu, Fadhilah, S.Pd., Fasilitator dari SMPN 19, mengatakan bahwa proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Sedangkan ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
Masih menurut Fadhilah, bahwa hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills), dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Pembinaan K-13 yang dilaksanakan di SMP Praja Mukti Surabaya ini diikuti oleh guru mapel Bahasa Indonesia SMP Negeri/Swasta sebanyak 240 orang, dan guru mapel Bahasa Jawa SMP Negeri/Swasta sebanyak 85 orang. Sementara beberapa mapel lain juga serentak diadakan pada hari dan tanggal yang sama di sekolah lain. Di antaranya, untuk mapel Pendidikan Agama di SMPN 29, mapel PKn di SMPN 4, mapel Bahasa Inggris di SMP YPBK, dan mapel Matematika dilaksanakan di SMPN 25. (Humas Dispendik Surabaya)