Bersama para guru, pengawas, kepala sekolah induk, kepala sekolah imbas, dan komite Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) sosialisasikan sekolah model. Sekolah model adalah sekolah yang ditetapkan dan dibina oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) untuk menjadi sekolah acuan bagi sekolah lain di sekitarnya dalam penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah model menerapkan seluruh siklus penjaminan mutu pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga budaya mutu tumbuh dan berkembang secara mandiri.
“Jadi nanti seluruh program baik itu sekolah model, PPK, ataupun sekolah rujukan tujuannya adalah peningkatan mutu dan kualitas pendidikan”, ujar Sudarminto Kepala Bidan Sekolah Menengah Ketika membuka Bimtek dan Sosialisasi Implementasi SPMI Sekolah Model dan Penguatan Pendidikan Karakter di SMPN 13, siang tadi Sabtu (02/12).
Sudarminto mengungkapkan ada beberapa perubahan penting dalam Kurikulum 2013 Revisi 2017 yakni pertama terletak perubahan penguatan pendidikan karakter. Menurutnya, selama ini pendidikan karakter merupakan sebuah warisan luhur budaya bangsa yang tererosi dan tidak terdokumentasikan dengan baik. Oleh sebab itu harus terimplementasikan dalam sebuah kurikulum dan diimbaskan kepada para peserta didik dengan baik.
Kedua, penguatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Surabaya telah terlebih dahulu menerapkan GLS dengan diawali melalui lomba menulis cerpen saat libur hari sekolah dan kemudian terus dikembangkan hingga kini menjadi program Tantangan Membaca Surabaya (TMS).
“Setelah tahun lalu target 1 juta buku telah berhasil dilaksanakan dengan baik, maka kini siswa Surabaya ditantang untuk membaca 2 juta buku”.
Ketiga, yakni pola pikir baik guru maupun kepala sekolah mendorong siswa untuk mewujudkan 4C (critical thinking, communication, collaboration, serta creative). Melalui pola pikir 4C diharapkan para siswa diajak untuk berpikir kritis yang nantinya muncul ide-ide kreatif dalam upaya menjadikan anak Surabaya berhasil meraih cita-cita dan mampu bersaing di tengah-tengah era globalisasi.
Mantan Kepala SMAN 16 tersebut juga mendorong guru untuk mampu membuat dan menyusun soal-soal High Order Thinking Skill (HOTS). Dengan soal-soal HOTS tersebut anak diajarkan berlatih berpikir kritis dan kreatif.
“Karakter itu adalah sebuah pembiasaan, namun yang paling penting adalah semangat pembiasaan itu sendiri”, pungkas Sudarminto. (Humas Dispendik Surabaya)