Persatuan bangsa yang kuat harus dimulai dari generasi muda. Prinsip mulia itulah yang menginspirasi 795 pelajar SMP dan SMA se-Indonesia yang berkumpul di Airlangga Convention Center, Senin (10/11) lalu. Mereka mengikrarkan diri untuk mempererat persaudaraan dalam acara Kongres Pelajar Nusantara.
Event yang digagas Dinas Pendidikan Kota Surabaya itu dihadiri sejumlah sosok penting bangsa Indonesia. Mulai tokoh nasional Buya Syafi’i Ma’arif, Ketua KPK Abraham Samad, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Mereka berbagi nilai-nilai mulia sebagai bekal para generasi emas menyongsong masa depan bangsa.
Materi pertama disampaikan sang guru bangsa, Buya Syafi’i Ma’arif. Ilmuwan kawakan Indonesia itu sangat memuji ide diadakannya Kongres Pelajar Nusantara. Menurutnya, ini adalah langka brilian untuk menyolidkan persatuan para pelajar Indonesia yang terpisah secara jarak.
”Tahun depan kita sudah memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sangat berisiko menimbulkan penjajahan model baru jika tidak siap. Saya yakin lewat Kongres Pelajar Nusantara ini kalian bisa kuat, tidak tercerai berai dengan banyaknya pengaruh asing yang masuk,” ujar Buya Syafi’i Ma’arif.
Para pelajar yang terdiri atas ketua OSIS itu juga mendapat wejangan khusus dari Buya Syafi’i Ma’arif. Mereka harus menghilangkan mental penjajah yang sangat menghambat kemajuan bangsa, seperti selalu minta dilayani, konsumtif, dan minder kalau bertemu orang asing. ”Kita sesama manusia harus berdiri sama tinggi, duduk sama rendah,” pesannya.
Mental yang baik merupakan modal utama seorang pemimpin yang baik. Kongres Pelajar Nusantara juga memiliki tujuan khusus menelurkan pemimpin-pemimpin masa depan yang berintegritas. Tidak hanya hebat secara skill, tapi juga bersih secara hati nurani dari godaan korupsi. Hal itu ditekankan Abraham Samad dalam materinya yang disampaikan secara lugas.
”Kami menyadari pendidikan antikorupsi yang harus diberikan sejak dini. Sebab, pada nyatanya ancaman perilaku korupsi juga dilakukan orang-orang dengan usia yang sangat muda,” ujar Samad. ”Menjaga moral, perilaku, dan mental adalah kunci utama agar kita terhindar dari perilaku korupsi sejak dini,” imbuhnya.
Samad menuturkan, KPK saat ini banyak melakukan inovasi dalam mencegah terjadinya korupsi. Tindakan preventif itu berupa penyelipan pendidikan antikorupsi sejak tingkat terendah. Yaitu, mulai playgroup, TK, SD, SMP, hingga SMA. Nilai-nilai itu akan diintegrasikan ke mata pelajaran. KPK juga akan membenahi sistem birokrasi di kelembagaan atau pemerintahan kota yang berisiko menimbulkan korupsi.
Sementara itu, Tri Rismaharini lebih fokus memberikan banyak materi tentang lingkungan. Wali kota perempuan pertama Surabaya itu mencontohkan Kota Pahlawan yang saat ini lebih hijau dan rimbun. Pengaruh lingkungan yang lebih sejuk itu juga membuat orang Surabaya menjadi lebih ramah. Sangat berbeda dengan ketika iklim di Surabaya terus menerus panas dan membuat warga mudah marah.
Surabaya saat ini juga memiliki puluhan taman multifungsi. Selain untuk sarana rekreasi, taman-taman itu sebagai bukti gerakan penghijauan di Surabaya telah berhasil dilaksanakan. Usaha Pemerintah Kota Surabaya itu juga berlanjut kepada sungai-sungai yang semakin bebas sampah.
”Lingkungan yang bersih juga memberikan pengaruh yang baik terhadap generasi muda untuk tumbuh sehat dan memberikan kontribusi penting untuk bangsa,” ujar Risma, sapaan akrab Tri Rismaharini. ”Kalian yang mendapatkan kesempatan emas datang ke kongres ini harus menyebarkan semangat positif ke teman-teman di sekolah. Salam hangat dari Surabaya,” tuturnya, disambut tepukan meriah para peserta kongres. (Humas Dispendik Surabaya)