“KUINGIN MENJADI ORANG YANG MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN”
Di tengah terik matahari pagi yang amat menyengat senin ini, ada perasaan tidak karuan, ketika pembina upacara mengumumkan dan memintakan doa kepada peserta upacara bahwa besok hari Sabtu aku beserta timku akan mengikuti lomba O2SN (Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional) 2011 yang akan di adakan di SMAN 16 Surabaya.
Perasaan tidak karuan itu meliputi rasa bangga karena tim kami adalah utusan dari SMP Negeri 11 Surabaya, rasa suka karena Pencak Silat adalah olah raga favoritku dan kebetulan menjadi salah satu ekstrakurikuler yang dijadikan andalan di SMP Negeri 11 Surabaya karena sudah bertahun-tahun mempersembahkan banyak piala untuk sekolah, rasa was-was karena aku sendiri baru bulan 1,5 bulan mengikuti ekstrakurikuler ini semenjak aku duduk di bangku kelas VII dan rasa tidak percaya karena ini merupakan pengalaman pertamaku mengikuti lomba di tingkat kota serta rasa takut karena aku selalu ingat kata-kata Kepala Sekolah bahwa siswa yang mengikuti perlombaan harus menang dan bisa membanggakan sekolah, aku betul-betul takut jika aku gagal atau kalah dalam lomba Pencak Silat Tunggal Putri di arena O2SN nanti.
“Apakah aku bisa ? Bagaimana kalau aku tidak bisa ?” Itu pertanyaan yang selalu berkecamuk dalam otakku.
“ Ahh…, kiranya Allah Maha Besar, yang memberi segala kekuatan dalam diri hambaNya, dan yang Maha menentukan dari segala peristiwa”, aku bergumam penuh keyakinan.
Dengan berbekal bismillah dan modal latihan rutin dari pelatihku pak Dayat dn kak Adi yang selalu melatih fisik, tehnik dan motivasi terus menerus hingga menggugah jiwa semangatku kian terasa…..benar-benar sangat memberi kekuatan. Akhirnya aku berangkat.
Alhamdulillah setelah 2 kali tanding di dua putaran babak penyisihan akhirnya aku mendapat juara harapan 1, dengan selisih angka tipis 1 dengan juara tiga sedang temanku kak Ilham kelas VIII mendapat juara II Tunggal Putra, maklum dia sudah berlatih dan menjadi anggota pencak silat selama 1 tahun lebih dan sudah berpengalaman mengikuti perlombaan beberapa kali.
“Ahh………ternyata……, aku belum bisa apa-apa”, gumamku perlahan.
Aku amat sangat kecewa dan sudah kubayangkan bagaimana aku akan memberikan laporan bahwa aku tidak bisa memenangkan dan membanggakan sekolahku karena masih terngiang ditelingaku bahwa siswa yang dikirim lomba keluar harus pulang membawa juara.
Dengan hati galau aku beristirahat. Kusandarkan kepalaku di pintu gerbang masuk SMA Negeri 16 Surabaya. Tanpa kusadari ada bapak yang menepuk pundakku. Dengan serta merta aku menoleh. Aku melihat wajah seorang bapak yang tenang penuh perhatian dan bersahaja.
“Dari sekolah mana, nak?” tanya bapak yang memakai kaca mata.
“Dari SMP Negeri 11, Pak !”, jawabku.
Kemudian beliau tanya lagi. “Bagaimana hasil lombanya?” Tanyanya lagi.
“Tidak mendapat juara pak…… hanya mendapat peringkat keempat atau harapan I Pak.” Jawabku sambil membenahi posisiku yang semakin tak nyaman.
“Hei bagus itu!” Komentarnya sambil menatap wajahku.
“Kamu sudah berusaha dan sudah menunjukkan hasilnya!” Tambahnya lagi.
“Lihat, teman-teman lainnya yang kalah sejak babak penyisihan!” Sambil menunjuk peserta lain yang duduk-duduk beristirahat seperti aku.
“Coba latihan yang lebih giat lagi, pasti nanti kamu mendapat juara seperti yang kamu cita-citakan!” Nasihatnya yang demikian memberi hembusan angin segar menyegarkan kepalaku.
“Selamat ya!, Pertahankan prestasimu, tingkatkan semangat untuk menggapai tujuanmu, maju terus pantang menyerah!” Itulah kata-kata Bapak tadi sambil mengulurkan tangannya ke arahku. Kujabat erat uluran tangan beliau serta kucium tangannya dengan penuh hormat.
“Terima kasih, Pak!”Ujarku dengan menatap wajahnya yang penuh kasih.
Sambil kurasakan semilir angin di luar gedung aula SMA Negeri 16 Surabaya, kuresapi kata-kata bapak tadi.
“Hai Rin !!!, Selamat…selamat yo! Congrolation yo, jok lali PM e,” Sapa teman-temanku.
“Yooo i, tunggu aja di kantin kuambil uang dulu untukPMnya (pajak makan)nya,” Jawabku sambil melangkah gontai masuk gedung untuk mengambil pecahan uang dua puluh ribuan uang saku dari ibuku.
Tanpa terasaacara sudah selesai dan SMP Negeri 11 Surabaya berhasil menggondol 2 penghargaan yaitu temanku kak Ilham mendapat juara II katagori Tunggal Putra dan aku mendapat penghargaan juara harapan I tanpa piala
“Nih fotoku bersama bapak tadi!!!!”
Wajah yang galau, kusut dan suram berganti dengan senyum termanis milikku.
Tiga bulan kemudian tepatnya bulan Desember 2012, aku mengikuti Lomba Pencak Silat Piala Walikota yang diadakan IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia) di Universitas Wijaya Kusuma. Masih teringat juga pesan Bapak Kepala Sekolah yang selalu memotivasi siswa SMP Negeri 11 Surabaya dengan mentargetkan HARUS MENANG, HARUS JUARA. “Siapa takut, itu tantanganku,”Ujarku ketika aku diseleksi di sekolah akan mengikuti kejuaraan piala IPSI.
Tantangan itu semakin membuat tekadku bulat, semangatku membara membuat aku tahan bantingan dan tidak mudah putus asa.
Dengan berbekal latihan lari 20 putaran di lapangan sekolah, push up 100 kali, set up 100 kali, skojam 50 kali, lari naik turun tangga sekolah 25 kali, angkat beban di tangan 50 kali setiap dua hari sekali sebelum latihan jurus selalu kutekuni selama 3 bulan, semangat, hidup sehat, kerja keras serta kesungguhan dan seolah tidak ada beban apapun karena aku masih teringat kata-kata lembut Bapak berkaca mata dulu yang membat aku bangga dan bahagia sependapat dengan bapak yang dulu menepuk pundakku bahwa sekecil apapun aku tetap dan harus bangga akan kemampuanku, aku berangkat mengikuti lomba IPSI.
Alhamdulillah setelah 2 kali putaran dalam babak penyisihan akhirnya diumumkan aku mendapat juara III Piala Walikota kategori Tunggal Putri. Aku menoleh ke kanan-kiri serasa ingin mencari sosok bapak yang pada saat 3 bulan yang lalu kutemui dan sangat membuat hatiku bahagia dan rasanya aku ingin berteriak dan mengatakan:
“Bapaaaaaaak, kini aku berhasil membawa medali kejuaraan,” Benar katamu bahwa dengan kesungguhan dan kerja keras semangat pantang menyerah aku bisa berhasil menggapai tujuan yang aku cita-citakan. Bukan aku saja yang bahagia dan bangga namun aku juga membanggakan dan membahagiakan sekolahku, orang tuaku dan perwakilan perguruanku “ Joko Tole” karena Lomba IPSI ini diikuti dari berbagai macam perguruan Silat yang ada di kota Surabaya.
Kiranya teriakanku adalah khayalanku karena aku tdak bisa menemukan sosok itu, namun aku yakin disuatu waktu lain aku pasti bertemu lagi. Kutitipkan pesan pada hembusan angin: “Terima kasih bapak, nasehatmu telah kubuktikan bahwa aku telah membahagiakan orang lain.” Terima kasih pak Harto, karena target pencapaian bapak telah menjadi dorongan dan motivasi bagi kami.
Aku bangga dan bahagia bahwa dari sekolah pinggiran wilayah Surabaya Utara yang dikenal sebagai kecamatan termiskin dan pola perilaku masyarakat marginal,”urakan” Kata orang, yang keras dan rentan gesekan ternyata bisa mengubah dan mengangkat kebiasaan keras tersebut untuk disalurkan dalam jenis olahraga beladiri yang porposional, terarah, bermanfaat dan mendulang prestasi. “ Yook konco-konco tretan-tretan kabih!”, Kita gunakan emosi dan habit perilaku keras kita dengan menyalurkan ke bakat-bakat yang terarah untuk menjadikan pelajar Surabaya hidup rukun, bersatu padu tanpa tawuran, bekerja sama, mengeksplorasi diri tanpa beda baik itu anak Surabaya Tengah atau anak Surabaya Pinggiran, untuk senantiasa membanggakan dan membahagiakan orang-orang sekitar kita.
Tiada disangka tiada dikira, rasanya seperti mimpi ketika tanggal 10 November 2012 selesai upacara memperingati Hari Pahlawan di sekolah aku mewakili OSIS SMPN 11 Surabaya bersama temanku Anamia dikirim mengikuti bincang-bincang pelajar Surabaya dengan Chaerul Tanjung tanggal 10 November 2012 di gedung Sawung Galing Pemerintah Kota Surabaya jalan Jimerto, aku bertemu dengan bapak yang 1 tahun 2 bulan yang lalu menepuk pundakku. Segera kutanyakan pada guru pendampingku Pak Wahono, Siapakah beliau ?
“Haaaaah!!!!!,” Sungguh aku tidak tahu kalau bapak itu adalah Pak Ikhsan, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya karena pada waktu menghadiri lomba O2SN di SMAN 16 waktu itu gaya, busana dan penampilannya yang santai tanpa kawalan dan baju resmi layaknya seorang pejabat. Mulutku masih ternganga tidak percaya.
Berbeda dengan yang kulihat hari ini dengan busana resmi, lengkap dengan jas hitam berdasi beliau duduk di depan anak-anak pelajar seluruh Surabaya dan diperkenalkan oleh pembawa acara sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya.
Aku tak berani melihat wajahnya, bahkan untuk mendongakkan kepala sedikitpun aku takut, takut salah, takut tidak sopan, takut akan sikapku di kala itu.
Sampai akhirnya bagai es batu yang mencair dengan sendirinya, meleleh tanpa bisa dibendung. Aku mulai berani mendongakkan kepalaku sedikit demi sedikit untuk menatap wajahnya dengan penuh kagum, bangga dan merasa bahagia.
Betapa tidak karena sesuatu hal yang aku tidak tahu penyebabnya acara yang semula akan dimulai pk. 11.00 hingga pukul 12.00pun belum mulai, sehingga beliau mengambil inisiatif untuk membuka acara dengan mengajak kami semua menyanyikan lagu yel yel “ORPES” organisasi pelajar surabaya untuk nanti di nyanyikan setelah pak Chairul Tanjung datang.
Walau beliau berbusana resmi seperti pejabat yang di TV namun pak Ikhsan tetap pak Ikhsan yang aku kenal 1 tahun 2 bulan yang lalu. Tanpa jarak sedikitpun beliau menyuruh anak-anak yang sudah hafal dan bisa melantunkan yel-yel tersebut untuk maju bersebelahan dengan beliau. Kebetulan aku duduk di depan maka akupun maju bernyanyi bersama teman-teman pelajar lainnya tanpa rasa sungkan atau malu dan kamipun menyanyikan yel-yel dengan penuh suka cita bersama-sama. Inilah yel-yel ORPES
We are number one
Everybody number two
We are arek Suroboyo
We are come to you say
Suroboyo Suroboyo arek’e oke
Suroboyo Suroboyo arek’e oke
Arek Suroboyo anti tawuran
Sifate cinta lingkungan
Jiwane jiwa jiwa pahlawan
Pokok e dadi panutan
We are we are Suro –Boyo
We are we are Suro –Boyo
“Aaaah bapak, kebiasaan bapak yang selalu membuat orang lain bahagia seolah melelehkan bongkahan es batu yang tadi membeku di depan wajahku,” Pujiku.
Sambil menunggu kedatangan ibu walikota, lagi-lagi pak Ikhsan melakukan tindakan yang membahagiakan semua yang hadir, untuk menghilangkan “bête” kami karena kami yang mulai pagi hari upacara memperingati hari Pahlawan 10 Nopember 2012 di sekolah masing-masing hingga sampai sesiang ini sudah capai, apalagi ditambah harus menunggu tamu yakni nara sumber inspirator yakni bapak Chaerul Tanjung, Pak Ikhsan menceritakan sebuah cerita berjudul bagaimana caranya mengubah pasir menjadi mutiara. Dengan gaya bahasa, mimik wajah yang teduh dan gaya tubuh serta intonasi yang memikat akhirnya kami semua terkesima, mengikuti alur cerita dan pesan kehidupan yang sarat dari cerita itu hingga tidak terasa ibu Walikota sudah datang memasuki gedung.
Sungguh aku bangga, bahagia punya bapak pendidikan seperti bapak, seorang pejabat tingkat atas mau-maunya membahagiakan anak-anak SMP kelas VIII SMP seperti aku. Kiranya bukan aku saja yang bahagia namun teman-teman peserta lainyapun merasakan hal yang sama. Satu tahun 2 blan yang lalu hingga kinipun atmosfer itu tetap terasa menghembus tanpa berubah sedikitpun, ditengah kegalauan kami karena mundurnya acara bapak menciptakan trik-trik yang membuat kami tidak “bête” yakni dengan mengajak menyanyikan yel-yel ORPES dengan penuh semangat hingga pada akhirnya kamipun diberi motivasi melalui pesan-pesan moral lewat bacaan cerpen. Sungguh kami berterima kasih bahwa bapak telah membahagiakan kami semua.
Dalam hati kecilku aku berjanji bahwa aku akan meniru dan melaksanakan pesan beliau yang selalu ingin membahagiakan semua orang, dan selalu bangga dengan kemampuan sekecil apapun yang aku punyai, dan tetap semangat untuk berjuang, pantang menyerah untuk menggapai tujuan dan cita-cita yang kuinginkan.
Baru kali ini aku bertatap muka langsung dalam jarak hanya 2 meter dengan walikota Surabaya IbuTri Rismaharini. Dengan sikap yang tak jauh beda dengan pak Ikhsan, santai, santun, bersahaja, dekat dengan kami, tanpa penghalang apapun beliau bertanya jawab dengan kami para pelajar yang berada di gedung itu. Padahal yang aku lihat di TV jika ada walikota peraturannya sangat ketat, jangankan mau salaman, mau bicara, bahkan mau mendekat saja sudah banyak panitia yang melarang. Tetapi di sini berbeda sekali dengan yang pernah aku lihat di TV, bahkan karena terbawa dalam suasana yang sangat akrab layaknya seorang ibu dengan anak-anaknya maka ketika beliau bertanya tanpa takut salah saya maju. Dan malunya aku ketika itu beliau bertanya tentang berapa kecamatan yang ada di surabaya danyang bisa menjawab hadiahnya bisa foto bersama bu Risma, jawabanku salah. Dan sungguh aku merasa bahagia beliau berkata:” Wah salah-salah,”tetapi dengan tetap memegangi tanganku dan menanyakan kepada pelajar lainnya yang hadir dan kebetulan tidak ada yang benar menjawab. Dan yang membuat aku sangat bahagia lagi beliau tetap mengajakku berfoto dengan memegang pundakku seolah mengatakan: “Ya gak apa-apa salah wong pertanyaannya tidak ada di buku SMP”.
“Sakjane yo isin njawab salah,” dalam hati kuberkata.
Tetapi karena dekapan dan keakraban seorang ibu akupun merasa bahagia dan tetap bangga jadi pelajar SMP Negeri 11 Surabaya yang berani mengemukakan pendapat di forum umum.
Lagi-lagi aku ternganga dengan kejadian yang tidak aku kira bahwa di bumi Surabaya masih banyak pejabat yang mau membahagiakan orang lain, menghargai orang lain walau orang lain itu bukan pejabat, bukan orang kaya, bukan pula dari kalangan pengusaha, atau politisi ataupun rekan sejawatnya. Orang-orang itu adalah kami anak-anak kecil yang belum tahu apa-apa. “Ibu aku akan membahagiakan dan menghargai orang-orang disekitarku seperti Ibu, dan akupun akan membahagiakan iIbu dengan menjadi pelajar Surabaya yang patut dibanggakan, belajar dengan giat untuk menggapai cita-cita, mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat, memanfaatkan tehnologi dengan benar sesuai porsinya, dan selalu ingin berprestasi, karena akupun nantinya akan menjadi pengganti pejabat-pejabat yang ada di Surabaya 7 atau 8 tahun lagi” kata hatiku.
Bu Risma juga Memberikan kesempatan bagi anak anak untuk bertanya, yang maju ke depan akan mendapatkan hadiah foto bareng bu Risma, bu Risma pun menjawab pertanyaan teman-teman satu persatu, sampai akhirnya jarum jam menunjukan angka 16.00 sore.
Bintang yang ditunggu – tunggu akhirnya datang juga yakni bapak Chairul Tanjung bersama bapak NuhMenteri Pendidikan Nasional. Awalnya ku kira pak Chairul tanjung itu orang nya berkulit sawo matang dan postur tubuhnya pendek (seperti foto yang ada di sampul bukunya) dan ternyata dugaanku salah, orangnya itu kulitnya putih bersih serta postur tubuhnya tinggi, mirip seperti orang luar negeri. Setelah sudah datang kami disuruh untuk menyanyikan lagu Indonesia raya bersama sama dan yel yel organisasi pelajar surabaya.
Setelah selesai menyanyikan kami diperlihatkan video tentang perjalanan hidup Chairul Tanjung semasa kecil sampai menjadi sukses. Selesai menonton video, pak Nuh memberi pertanyaan:
“Disini siapakah yang ingin menjadi presiden?”
“Sebutkan alasannya mengapa ingin jadi presiden?”
“Bagaimana citra pelajar Surabaya?” dan masih banyak pertanyaan lainnya. Dengan bergaya lugas, sederhana, menghargai orang lain, akrab dan penuh perhatian kepada sesama pak Nuh pun memberi kesempatan teman-teman untuk menjawab pertanyaan beliau dan beliaupun banyak diberondong pertanyaan oleh teman-teman pelajar yang hadir. Dengan tanpa menunjukkan kelelahan pak Nuh pun menjawab pertanyaan teman-teman sampai tuntas dan memuaskan yang bertanya.
Setelah selesai acara teman-teman yang menginginkan tanda tangan bapak Chairul Tanjung, Pak Nuh, Ibu Risma dan Pak Ikhsan diperkenankan ke depan dengan membawa buku Chairul Tanjung si Anak Singkong. Karena tempat dudukku yang berjarak hanya
2 meter dari depan maka akupun berhasil minta tanda tanggan Pak Ikhsan, Bu Risma, Pak Nuh, dan Pak Chairul Tanjung.
Alhamdulillah di peringatan Hari Pahlawan 10 November 2012 aku punya semangat juang untuk mewujudkan impian generasi muda penerus bangsa yang bangga akan bangsanya, dan menghargai serta membahagiakan orang-orang disekitarnya, peduli dengan sesama, hidup rukun,bersatu padu, saling bersinergi tanpa membedakan strata sosial dan daerah asal, berinteraksi dengan alam dan lingkungan sekitar untuk mengejar angan dalam dunia globalisasi tanpa meninggalkan jati diri dan berupaya untuk berkompetisi yang sehat demi mewujudkan cita-cita bersama sebagai pelajar Surabaya calon penerus dan pengisi pembanguan di Surabaya tercinta khususnya dan membangun Indonesia dengan Ilmu dan Teknologi dan berkiblat pada tatanan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta selalu peduli dengan orang di sekitar kita serta mencintai dan menjaga serta melestarikan lingkungan alam sekitar karunia Tuhan.