Wabah penyakit Difteri telah menjadi sebuah ancaman yang harus segera di antasipasi dengan melakukan langkah-langkah pencegahan. Bersama Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) lakukan sosialisasi Outbreak Response Immunization (ORI).
“ORI adalah sebuah upaya untuk memutus mata rantai penularan penyakit Difteri”, ujar dr. Ponconugroho Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kota Surabaya ketika memberikan pengarahan para kepala sekolah (KS) dalam rapat kerja (Raker) KS swasta di SD Muhammadiyah 4 Pucang, siang tadi Jumat (26/01/2018).
Pnco menuturkan, Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae dan bakteri ini dapat menyebar dengan mudah, terutama bagi mereka yang tidak pernah mendapatkan vaksin difteri. Gejala dari orang yang terjangkit penyakit difteri mirip dengan penyakit flu, antara lain: demam ≥ 38°C, nyeri tenggorokan, batuk keras, leher bengkak, dan timbul bercak putih keabu-abuan pada rongga mulut. Apabila dibiarkan, bercak tersebut akan membesar dan akan menyumbat saluran pernapasan dan juga bisa merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf.
Untuk mencegah penyebaran tersebut, Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kesehatan akan menggelar Outbreak Response Immunization, atau salah satu upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa suatu penyakit dengan pemberian imunisasi. Imunisasi masal ini akan digelar di seluruh kelurahan dan kecamatan di Kota Surabaya, dengan sasaran kurang lebih 753.498 warga yang berusia 1-19 tahun kurang satu hari. Untuk menunjang kegiatan ini, disediakan 6.677 pos dengan 1.093 vaksinator.
Imunisasi ini diberikan untuk seluruh masyarakat yang berada di wilayah Kota Surabaya dengan rentang usia 1-19 tahun kurang satu hari, tanpa memandang KTP dan status imunisasinya. Imunisasi difteri ini juga akan diberikan kepada mereka yang mungkin sudah pernah mendapatkan imunisasi serupa sebelumnya, atau disebut dengan imunisasi booster. Imunisasi booster ini sering disepelekan, karena merasa sudah mendapatkan imunisasi serupa sebelumnya dan tidak perlu lagi untuk mendapat imunisasi ulang. Padahal, antibodi akan turun ketika berada di usia sekolah dasar, sehingga pemberian imunisasi booster dirasa perlu untuk dilakukan agar kekebalan tubuh bisa meningkat.
Terkait program pendidikan Kepala Bidang Sekolah Dasar Dispendik Surabaya Agnes Warsiati menyampaikan sebagai upaya meningkatkan kualitas belajar Dispendik telah melakukan penyusunan instrumen penilaian KD-KD dari KI-4, pelatihan pembelajaran sampai kegiatan lesson study.
“Sedangkan untuk mengembangkan kreativitas budaya daerah kegiatan pelatihan membatik, sulam pita, hingga pelatihan hidroponik telah diberikan untuk guru”, terang Agnes.
Sementara itu, Kadispendik Surabaya Ikhsan menghimbau kepada sekolah untuk menyiapkan siswa agar terus berlatih latihan soal-soal baik yang melalui try out online ataupun try out di sekolah, tujuannya agar mereka nanti mendapatkan hasil terbaik.
“Meski bukan penentu kelulusan, namun UNBK menjadi acuan untuk masuk ke jenjang selanjutnya, jadi harus dipersiapkan sebaik mungkin”, pungkas Ikhsan. (Humas Dispendik Surabaya)