Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendibud) menggelar dialog pendidikkan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis nilai-nilai keagamaan di hotel Swis Berlin, Kamis (18/4/2019).
Dialog pendidikan mengundang Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Ikhsan serta mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof. Mohammad Nuh sebagai narasumber dan dihadiri kepala sekolah, guru, dewan pendidikan, dan lain-lain.
Kepala BKLM Kemendikbud Ari Santoso menyatakan, dalam PPK diformulasikan ke dalam lima hal. Pertama adalah religiusitas, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas. “PPK merupakan salah satu program prioritas Kemendikbud,” ungkapnya saat membuka acara dialog pendidikan.
Saat ini, lanjut dia, sudah ada sekitar 85 ribu sekolah di Indonesia yang mengimplementasikan PPK dan menjadi sekolah rujukan. Seiring berjalannya waktu, jumlah sekolah penyelenggara PPK akan meningkat dan diharapkan pada akhir tahun 2019 ini menjadi 216 ribu sekolah penyelenggara PPK.
Dalam paparannya, Kepala Dispendik Kota Surabaya Ikhsan menyebut implementasi PPK di Surabaya menjadi Rena Mangan Gotri, akronim dari religiusitas, nasionalisme, mandiri, gotong royong, dan integritas. “Biar teman-teman di sekolah mudah menghafal tentang lima hal utama dalam PPK,” jelasnya.
Untuk religiusitas, pihaknya sudah menjalankan beberapa program. Di antaranya Jamaah Ngaji Khataman Alquran (Jangkar) untuk guru-guru di Surabaya. “Program ini mungkin sudah jalan sejak tahun 2014,” katanya.
Selain itu, program juga berkembang untuk siswa yang diberi nama penguatan akidah akhlak generasi emas Surabaya (PAAGER). “Filosofinya, ini untuk memagari anak-anak Surabaya agar selalu berpegang kepada kebaikan,” terangnya. (Humas Dispendik Surabaya)