Upaya penanggulangan permasalahan anak di Surabaya telah dilakukan Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya sejak tiga tahun lalu, melalui program konselor sebaya, ekstrakurikuler konselor sebaya, kurikulum anti narkoba, BK sahabat anak sampai berkembang menjadi kampung pendidikan merupakan langkah kongkrit Pemkot Surabaya dalam menjadikan Surabaya kota ramah anak.
“Awal mulanya konselor sebaya dibentuk dengan melatih 16.000 siswa perwakilan dari setiap sekolah”, tutur Kadispendik Surabaya Ikhsan dalam Kongkow Parenting bersama Nex Edu, kemarin Minggu (15/05) di Kampus B FISIP UNAIR.
Mereka yang telah dilatih menjadi tempat curhat bagi temannya sendiri yang mengalami permasalahan kemudian dikonsultasikan kepada guru BK selaku pembimbingnya. Seiring dengan berkembangnya waktu konselor sebaya berubaha menjadi ekstra kurikuler konselor sebaya.
Dalam pelatihan ini Sebanyak 6.530 siswa yang dilatih menjadi konselor sebaya serta melibatkan 1.959 guru BK dan wakasek kesiswaan sebagai pembimbing konselor sebaya di sekolah.
“Para siswa yang mengikuti pelatihan mendapatkan pin khusus, serta bersama guru BK mempelajari 10 modul dalam satu semester”.
Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya tersebut menambahkan, sinergitas yang baik antara para siswa dan guru BK menjadikan mereka seperti sahabat, jadi ketika terjadi sebuah gejala perubahan yang aneh pada diri siswa dapat segera dilakukan identifikasi dengan baik dan segera dicarikan solusi penyelesainnya.
“Saat ini Guru BK seperti sahabat siswa sendiri”.
Dari ekstrakurikuler konselor sebaya berkembang lagi menjadi kurikulum anti narkoba. Kurikulum anti naroba ini terintigrasi pada setiap mata pelajaran. Semisal mata pelajaran matematika yang mempelajari statistik. Tentu orang berpikir apakah bisa hal tersebut dilakukan?. Ternyata dapat dilakukan. Ikhsan berujar, bahwa statistik tentunya membutuhkan data. Nah, data tersebut diperoleh dari angket tentang seberapa paham anak mengenali bahaya narkoba, tinggal dikombinasikan. Pelajaran matematikanya dapat, dan kurikulum anti narkobanya masuk.
CEO Next Edu Indonesia, Munif Chatib menjelaskan, pendekatan orang tua perlu ditingkatkan dalam memahami anak. Dan harus memahami setiap anak memiliki karakter yang berbeda.
“Tema ‘Anak Kita Bukan Kita’ menujukkan bahwa orang tua tidak bisa memaksakan teknik menangani maslaah yang sama dengan masa orang tua saat masih anak-anak.
Dikatakannya, Next edu Indonesia merupakan konsultan pendidikan, biasa memberikan konsultasi dan pelatihan pada guru, pemerintah dan orang tua.
“Mulai sekarang kami ingin memberikan edukasi ke sejumlah orang tua. Karena pendidikan juga perlu pada orang tua, larena mereka ini kurang mendapat pengetahuan dari sekolah,” terangnya.
Apalagi, lanjutnya, selama ini pemahaman orang tua tekait pendidikan anak terbatas. Bahkan orang tua ke sekolah biasanya hanya saat pengambilan rapor dan masalah pembayaran. (Humas Dispendik Surabaya)