Keinginan untuk mendapat pengalaman belajar di luar negeri akhirnya didapatkan siswa kelas XII SMAN 16 Surabaya, Haritz Lanawa Prakasa (17). Putra tunggal pasangan Dwi Santi Rahayu (48) dan Roni Muktiono (51) ini sudah mempersiapkan diri dengan mendaftar beasiswa pertukaran pelajar sejak kelas X di American Field Service (AFS).
Dikatakan siswa kelahiran 20 Juni 1999 ini. Ia mengujuti tahap seleksi pada 2014 dmyabg diikuti sekitar 700 peserta dari Surabaya. “Bagi saya kesempatan belajar keluar negeri itu peluang untuk bisa memperluas wawasan saya keluar dari zona aman,” jelasnya, Senin (05/09).
Tak tanggung-tanggung, selama setahun Haritz harus tinggal di Buccinasco, Lombardia, Italia. Ia tinggal bersama keluarga angkat yang merupakan wali murid di salah satu lembaga pendidikan yang nenjadi tujuannya.
“Saya belajar normal seperti anak SMA disana, sekalian belajar budayanya. Semua akomodasi, biaya hidup dan biaya pendidikan gratis. Tetapi orang tua tetap memeberi uang saku,”jelas siswa yang akan berangkat ke Italia pada 9 September 2016 ini.
Keinginannya ke Italia karena keunikan negara yang dikenal romantis, kekekaya kuliner dan pasti karena club sepakbola favoritnya. Sayangnya, karena jangka waktu yang panjang di Italia, Haritz tidak bisa mengikuti ujian nasional tahun ini. Iapun harus mengulang kelas XII sepulangnya dari Italia.
“Keluarga sangat mendukung,karena saya pasti mendapat pengalaman yang berbeda di luar negeri. Saya juga penasaran tradisi idul adha di Italia,”paparnya.
Selain mengunjungi berbagai belahan Italia untuk mengenal sejarah dan budayanya. Haritz juga ingin mengunjungi komunitas muslim di Italia. Ia ingin merasakan sebagai kaun muslim minoritas, yang jelas berbeda dengan di Indonesia.
Haritz juga mempelajari bahasa Italia secara ododidak melalui aplikasi dan juga buku. Kemampuannya ini di perlihatkan dalam wawancara singkat bersama Wakil Kepala SMAN 16 bagian Humas, Abdul Razzaq Thahir.
Reza, sapaan akrab Abdul Razzaq Thahir ini mukai menanyai Haritz dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian Haritz menjawab dengan bahasa Italia yang diterjemahkan berbagai bahasa oleh teman- temannya. Dikatakannya, program serupa juga pernah membawa 1 siswabya 3 tahun lalu ke Amerika.
“Ada beberapa anak yang multi bahasa, ada teman sekelasnya Demasan Naufaria (17) dan Maldini Fernanda (17) yang menerjemahkan dalam Bahasa Inggris dan bahasa jawa krama alus,”ungkapnya.
Selain itu ada Fahima Lailul Ula (17) yang menerjemahkan bahasa Jepang , Fania kencana Hasna Khusna (17) berbahasa Korea, Robert Ciputra (17) berbahasa Mandarin dan Mustain Maulidus Syukron. (17) yang berbahasa khas Surabaya.
“Tujuannya melepas Haritz dengan wawancara berbagai bahasa ini agar memotivasi siswa. Bahwa belajar itu tidak harus dikelas. Seperti Fania yang bisa bahasa Korea karena nonton film kartun,”ujarnya.
Dukungan memperluas pendidikan lanjutan juga dilakukan sekolah, meskipun pihak sekolah hanya menyediakan Bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Seperti Fahima yang akan melanjutkan pendidikan di Jepang dan sejunlah murid lainnya yang memiliki kemampuan finansial. (Humas Dispendik Surabaya)