Tak salah jika Surabaya sebagai kota literasi, mulai pengembangan program meningkatkan motivasi siswa untuk membaca sampai ketersediaan layanan perpustakaan keliling di setiap sudut-sudut kampung bahkan sampai taman-taman kota menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi daerah lain untuk mengkaji serta memperlajarinya.
Tadi pagi, Rabu (24/08) sebanyak 15 guru se-Provinsi Aceh lakukan kunjungan keliterasian ke Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya dan ke beberapa sekolah. Mereka berasal dari para guru yang menjadi juara lomba literasi di provinsi Aceh.
Zulkarnaen ketua rombongan menuturkan, kunjungannya ke Surabaya ialah untuk belajar keliterasian, menurutnya banyak sekolah-sekolah yang menjadi percontohan literasi nasional.
“Setelah dari Dinas kami juga akan mengunjungi beberapa sekolah”.
Pada kesempatan ini, Kadispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM mengungkapkan awal mula menggalakkan budaya literasi yakni dengan meliburkan para siswa di hari “kejepit”, tujuannya agar para siswa dapat berkumpul dengan keluarga sekaligus meningkatkan ketahanan keluarga. Namun mereka tidak libur begitu saja, para siswa diberi tugas untuk menuliskan pengalamannya selama liburan bersama keluarga dan kemudian dituangkan dalam bentuk cerita pendek (cerpen).
Cerpen-cerpen karya siswa dilombakan, 30 cerpen terbaik dibukukan dan dibagikan ke sekolah-sekolah. Selanjutnya program berlanjut menjadi Tantangan Membaca Surabaya.
“Samapi akhir Desember tahun lalu jumlah buku yang telah dibaca siswa Surabaya mencapai 1.579.333 buku, dan di tahun 2016 ini target kami naikkan menjadi 2 juta buku”.
Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya tersebut menambahkan, salah satu program pendidikan di surabaya yang juga telah berhasil dikembangkan yakni pendidikan gratis di semua jenjang mulai dari tingkat SD hingga SMA. Pembiayaan pendidikan di Surabaya telah di-cover melalui anggaran pendidikan yang mencapai hampir 32 % dari APBD kota Surabaya.
“Selain BOS dari pusat Surabaya juga memiliki BOPDA untuk kegiatan operasional sekolah”.
Bantuan pendidikan tersebut diwujudkan melalui pemberian BOPDA serta penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan siswa yang memadai. Selain itu, peningkatan mutu guru juga menjadi perhatian tersendiri dari Pemkot Surabaya, mulai dari berbagai pelatihan, pengiriman guru ke luar negeri, beasiswa, hingga tunjangan kinerja telah menjadi salah satu program peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di Surabaya.
“Besaran BOPDA yang diberikan, yakni untuk siswa SD sebesar Rp. 29.000,-/siswa/bulan, siswa SMP Rp. 80.426-/siswa/bulan, dan siswa SMA/SMK sebesar Rp. 152.000/siswa/bulan”.
Dispendik juga telah berhasil mengembangkan 17 inovasi program pendidikan melalui aplikasi online. Tujuh belas inovasi program pendidikan di Surabaya, diantaranya Profil Sekolah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Sekolah (SIPKS), Seleksi Calon Kepala Sekolah, Jurnal Online, Surabaya Belajar, Multimedia Pembelajaran, Rapor Online, Try Out Online, PPDB Online, Sahabat Dispendik, Klinik Kurikulum, Kenaikan Pangkat Online, Tantangan Membaca 2015, P2KGS, Profil LKP dan PKBM, Aplikasi Gaji Online, dan UNBK 100 persen.
Kunjungan kemudian dilanjutkan ke SMAN 5, SMAN 21 serta SMKN 1. Tak lupa pada rombongan juga menerima buah tangan berupa cerpen karya siswa edisi ke-3 sebagai cinderamata. (Humas Dispendik Surabaya)