Pengembangan potensi bakat dan talenta para siswa tidak hanya dikembangkan Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya melalui pendidikan formal saja, namun pendidikan khusus (sekolah inklusi, terbuka, dan KLK (kelas layanan khusus) menjadi bagian penting dalam meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di Surabaya.
Selama dua hari yakni, 21-22 Agustus Dispendik adakan Apresiasi Pendidikan Khusus bagi seluruh sekolah se-Surabaya yang berlangsung di gedung Balai Pemuda Surabaya.
Kepala Dispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM mengutarakan kegiatan yang sudah berlangsung selama 2 tahun ini sebagai apresiasi apa yang sudah dilakukan sekolah, guru,orang tua dan murid. Selain itu juga wahana menunjukkan kreasi mereka layaknya siswa di sekolah reguler.
“Pameran pendidikan untuk SD dan SMP, kalau SMA dan SMK tampil di panggubg,”lanjutnya.
Dikatakannya, bentuk apresiasi pada siswa berkebutuhan khusus tidak hanya dalam kegiatan ini saja. namun, sejak sekolah dasar siswa berkebutuhan khusus sudah diasah kemampuannya pada bidang yang memang dikuasai.
“Yang SMK mereka juga ikut berbagai kegiatan paraktek. Karena untuk melanjutkan ke jenjang ini mereka sudah di sesuaikan antara kemampuan dengan jurusannya,”paparnya.
Bahkan, tak jarang siswa berkebutuhan khusus juga mampu melanjutkan ke perguruan tinggi atau mendapat pekerjaan di masyarakat.
Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya tersebut juga berujar bahwa pameran ini merupakan wadah sekaligus contoh bagi sekolah-sekolah lain yang ingin mengembangkan program pendidikan khusus terhadap sekolah-sekolah yang terlebih dahulu berhasil mengembangkannya.
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi, M. Sn mengungkapkan upaya untuk mengapresiasi berkebutuhan khusus memang suda saatnya memperlakukan sama dengan anak reguler.
“Mengubah hidup mereka dan membekalinya dengan beragam ketrampilan. Jadi bisa berprestasi,”ungkapnya.
Ia juga berharap akses siswa inklusi khususnya di SMK untuk bisa terlibat di industri diperbesar lagi. Seperti dilakukan pemetaan perusahaan yang punya kepedulian untuk anak berkebutuhan khusus. “Harus dibangun kembali, pemkot harus mengeluarlan regulasi agar anak berkenutuhan khusus punya penyaluran pada bagian industri yang dibutuhkan”.
Sementara itu, Rosa Devi (25), guru Bahasa Indonesia di SMP Terbuka 10 menuturkan siswanya menyempatkan diri di jam istirahat unyuk membuat kain batik dan akrilic LED untuk dipamerkan di stan.
“Kami tidak memaksa, semua berdasarjan kemauan dan kemampuan siswa. Ada yang membuat batik tulis, dan ada inovasi guru keaenian juga dengan membuat akrilic LED,”. Pungkasnya. (Humas Dispendik Surabaya)