Peningkatan mutu serta kualitas pendidikan non formal di Surabaya terutama pada lembaga kursus dan pelatihan (LKP) medapatkan perhatian khusus dari Kementrian Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri dan Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
“Tak salah jika nantinya Surabaya menjadi sebuah kota percontohan dalam pengembangan mutu LKP di Indonesia” , tutur Drs. Amich Alhumami, M. Ed, Ph. D Kasubdit Pendidikan Tinggi BAPPENAS, ketika menggelar FGD LKP di ruang Kartini, tadi siang (28/07).
Amich menuturkan penanganan pengembangan LKP secara komprehensif dan menyeluruh menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi BAPPENAS untuk melakukan kajian di Surabaya.
Sementara itu, Kepala Bidang Dikmenjur Drs. Sudarminto, M. Pd ketika menerima rombongan BAPPENAS menuturkan, saat ini Surabaya memiliki 38 lembaga PKBM dengan jumlah warga belajar sebanyak 4.463 siswa, sedangkan jumlah LKP mencapai 455 lembaga yang telah terdaftar sedangkan jumlah peserta didik mencapai 65.817 siswa.
Dengan jumlah lembaga dan peserta didik/warga belajar yang cukup banyak tersebut tentunya dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang harus betul-betul dapat memfasilitasi berbagai kebutuhan terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2016.
Peningkatan mutu dan kualitas PKBM dan LKP diawali dengan berbagai pelatihan keahlian pada setiap rumpun. Untuk LKP terdapat tujuh Forum Komunikasi Rumpun (FKR), diantaranya pada bidang teknik dan TIK,kerumahtanggaan, kecantikan, kesehatan dan olahraga, bahasa, jasa, seni dan budaya, serta khusus/Bimbel.
Ada beberapa fungsi dan tujuan FKR, diantaranya memaksimalkan pelayanan pembinaan, peningkatan mutu dan monitoring evaluasi pada lembaga, pendidik dan tenaga kependidikan/instruktur, membantu Dinas Pendidikan Kota Surabaya (Dispendik) dalam peningkatan mutu / kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan kursus dan pelatihan per rumpun ataupun keseluruhan melalui program kerja, menjadi mediasi dan fasilitasi dalam informasi dan kebijakan pendidikan terkini tentang lembaga kursus dan pelatihan, merencanakan dan mengusulkan kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan peningkatan mutu LKP per rumpun maupun secara integrasi, sebagai tenaga sukarela membantu Dinas Pendidikan dan LKP dalam penyebaran informasi dan komunikasi terkini terhadap rumpun masing masing, serta berfungsi sebagai pemetaan, monitoring, evaluasi dan updating data. Tidak hanya itu, Dispendik juga telah menyiapkan sebuah database profil PKBM dan LKP.
Database tersebut selain memiliki fungsi sebagai promosi secara online setiap LKP dan PKBM juga berfungsi sebagai pemetaan ketika sebuah lembaga baru akan didirikan. Dengan adanya sistem tersebut lembaga baru yang akan didirikan dapat diarahkan untuk menempati wilayah yang betul-betul membutuhkan PKBM ataupun LKP hal tersebut tentunya untuk menghindari persaingan yang kurang sehat antar lembaga.
“Informasi letak PKBM dan LKP di Surabaya kini dapat dilhat melalui google maps ataupun GPS dengan membuka profil PKBM dan LKP”, tambah Sudarminto.
Tidak hanya itu, dalam menyiapkan PKBM dan LKP menghadapi tantang MEA Dispendik juga telah menyiapkan sebuah “Grand Design”. Rencana penyusunan Grand Design PKBM dan LKP bertujuan Memberikan pedoman, petunjuk, referensi dalam menyusun Renstra pendidikan LKP-PKBM Surabaya dan Memberikan pedoman, petunjuk, referensi dalam menyusun Rencana Kinerja (Renja) dan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) bidang Pendidikan LKP-PKBM Surabaya.
Sementara itu, Kasi Penmas Thussy Apriliyandari mengatakan bahwa sinergitas antara dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dengan LKP saling melengkapi. Melalui pelatihan life skill kepada para siswa SMA yang kurang mampu diberi sebuah kesempatan untuk mendapatkan tambahan bekal dalam meraih masa depan yang lebih baik. (Humas Dispendik Surabaya)