Banyak anggapan di masyarakat bahwa program kejar paket yang dikelola oleh lembaga-lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan sebuah “Pintu Darurat” dalam mencari ijazah ataupun melanjut pendidikan dengan cara yang mudah. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi PKBM di Surabaya melalui pembenahan administrasi dan pembinaan SDM secara berkelanjutan menjadikan baik tutor maupun lembaga memiliki kompetensi yang dapat bersaing dengan sekolah formal pada umumnya. Tadi pagi (22/03) bertempat di gedung Wanita sebanyak 369 tutor dari lembaga PKBM se-Surabaya dapat pelatihan.
Kepala Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM mengungkapkan dalam meningkatkan mutu serta kualitas lembaga-lembaga PKBM di Surabaya, Dispendik telah melakukan pembinaan kepada pengelola ataupun kepada para tutor, hal tersebut bertujuan agar nantinya PKBM tidak hanya dianggap sebagai “Pintu Darurat” namun juga dapat berasaing dengan pendidikan formal.
Upaya peningkatan mutu serta kualitas pendidikan di Surabaya tidak hanya dilakukan pada pendidikan formal, menurutnya ada dua hal utama yang saat ini tengah dilakukan Dispendik. Pertama melakukan penataan secara administratif tiap-tiap lembaga sehingga nantinya memperoleh akreditasi, dan kedua melakukan peningkatan mutu SDM lembaga.
“Setelah tiga tahun lalu konsentrasi pada pendidikan formal, saat ini giliran fokus kita kepada pendidikan non formal agar sama-sama meningkatnya”, ujar Ikhsan.
Salain melakukan pembenahan PKBM, sejak satu tahun lalu bersama para ahli Dispendik juga telah merancang grand design pendidikan non formal/informal untuk jangka 5-10 tahun ke depan. Salah satunya wujudnya saat ini ialah lahirnya rumpun-rumpun keahlian yang berfungsi melakukan pembinaan serta koordinasi para anggota, agar ketika ada lembaga yang habis masa berlakunya dapat diingatkan untuk melakukan pengurusan izin perpanjangan.
“Rumpun-rumpun tersebut juga dapat berfungsi sebagai deteksi dini terhadap lembaga-lembaga yang masih aktif atau tidak dan dapat saling mengingatkan”.
Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya tersebut kembali berujar bahwa dalam pelaksanaan UNPK 2016 pengawas ruangan akan melibatkan para guru. “Mekanismenya, pengawas akan kita silang antar lembaga, jika tidak memiliki instruktur akan diambilkan dari guru untuk menjadi pengawas ruangan”.
Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya Agustina Paulina menyambut baik dengan diadakannya pelatihan kepada tutor, menurutnya PKBM akan terus didorong agar memiliki kompetensi yang bagus sehingga nantinya siap untuk menghadapi era persaingan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).
Sementara itu, Ketua Enciety Business Consultan Surabaya Drs. Kresnayana Yahya, M. Sc menjelaskan bahwa tugas terberat dari seorang tutor adalah memotivasi para peserta didiknya. Siswa datang bukan hanya untuk sekedar lulus ataupun mendapatkan ijazah, tapi kita ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang sama dengan siswa formal lainnya.
Pakar Statistik yang juga Dosen ITS tersebut menambahkan, persoalan yang paling besar yang dihadapi saat ini adalah sebuah perubahan, tuga kita adalah memandu mereka untuk siap menghadapi perurabahan.
“Empat kota besar yang nantinya menjadi sasaran MEA ialah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan”.
Perubahan-perubahan besar yang terjadi sangat cepat tanpa disadari dibalik itu ialah menghasilkan pengalaman belajar yang bermakna, untuk itu sebagai pengajar harus memiliki andil terhadap sebuah perubahan agar memiliki kebermaknaan di masyarakat.
Apa ukuran keberhasilan tutor? Mampu menarik perhatian dan menggumpalkan tekad untuk pembelajar mau membenamkan diri dan mendapat pengalaman, mampu mendesain kegiatan yang mewajibkan pembelajar terlibat dan bertindak dan mempraktek kan pembelajaran, serta Mengarahkan pada situasi , tindakan, mencari Informasi, menemukan banyak pilihan jalan untuk belajar. (Humas Dispendik Surabaya)