Meski bukan hal yang baru, namun Lesson Study dianggap masih mampu menjadi salah satu problem solving dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Lesson study sudah berkembang di Jepang sejak awal tahun 1900-an. Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri. Lesson Study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran.
Tadi pagi (10/03) bertempat di gedung Wanita Surabaya sebanyak 358 kepala SDN se-Surabaya mendapatkan bekal tambahan terkait upaya peningkatan mutu serta kualitas pembelajaran di sekolah langsung oleh pakarnya.
Vice President School as Learning Community (SLC) Study Group in Japan Mr. Masaaki Sato menjelaskan ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan sebelum para guru melakukan lesson study kepada para siswa, pertama yakni guru harus memperhatikan keadaan siswa, apakah ia siap menerima pelajaran atau tidak. Hal tersebut salah satunya dapat dilihat melalui posisi duduk siswa, apakah ia posisi tumit dalam keadaan siap atau justru terlihat santai. Jika menemukan hal yang demikan, siswa jangan dibiarkan sendiri dan segera dampingi.
Sato menambahkan, dalam kegiatan lesson study ada tiga hal yang harus dilakukan, yakni dimulai dengan perencanaan pembelajaran secara matang. Pelaksanaan/observasi lapangan, serta evaluasi. Sebelum masuk ke kelas terbuka, guru diharapkan mampu membuat perencanaan pembelajaran sebaik mungin minimal seminggu sebelum diadakannya lesson study.
“Sebaik apapun perencanaan yang dibuat pasti terdapat kekurangan, nah kekurangan tersebut menjadi evaluasi dalam memperbaiki sebuah sistem pembelajaran di kelas yang lebih baik”.
Pakar pendidikan yang pernah menjadi pengajar di salah satu SMK di Jepang tersebut berujar, bahwa baik buruknya tumbuh kembang siswa di sekolah bergantung pada guru dan teman sebayanya, buat mereka selalu untuk tersenyum ujar dan merasa nyaman mengikuti sebuah proses pembelajaran yang ada.
Pakar psikologi perkembangan anak dari UNAIR Dr. Dewi Retno Suminar, M. Si,. Psikolog menerangkan bahwa perkembangan antara otak kanan dan kiri anak harus seimbang dalam mengasah potensi yang ada pada diri siswa. Retno juga menyampaikan, didalam psikologi pendidikan pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang aktif, anak SD memiliki potensial untuk berkembang multitalen, oleh karena itu para guru harus mampu memahami karakteristik siswanya agar dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya.
Kepala Dispendik Surabaya Dr. Ikhsan, S. Psi, MM menghimbau agar para kepala sekolah menyerap semua pengetahuan yang didapatkan agar nantinya dapat diimbaskan kepada para guru-guru sehingga kemampuan guru akan bertambah dan kemajuan pendidikan semakin merata.
Berbicara peningkatan mutu guru, Munif Chatib menyampaikan bahwa saat ini problematika para guru terletak pada tiga hal, yakni paradigma, komitmen, dan kompetensi. Oleh karena itu dibutuhkan peran aktif pengawas dalam meningkatkan kompetensi guru agar lebih optimal.
Sementara itu, Edy Santoso kepala SDN Kaliasin 3 mengungkapkan bahwa selama ini secara tidak langsung para guru-guru di sekolahnya telah menerapkan lesson study , sehingga dengan tambahan pengetahuan ini dapat menyempurnakannya.
“Namannya ilmu, kalau ada yang baik kenapa tidak dicontoh”, ucap Edy. (Humas Dispendik Surabaya)