Perkembangan psikis siswa ABK menginjak masa pubertas menjadi perhatian tersendiri bagi para guru inklusi di sekolah. Selain dibutuhkan tingkat kesabaran yang cukup tinggi tentunya mereka harus dibekali pengetahuan lebih agar penanganan siswa ABK tertangani dengan baik.
Tadi pagi (23/11) di gedung aula SMPN 13, Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya menggelar kegiatan workshop. Workshop tersebut diikuti sebanyak 272 guru kelas dan inklusi.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dra. Eko Prasetyoningsih, M. Pd menyampaikan bahwa dalam menangani siswa ABK yang telah memasuki masa pubertas dibutuhkan sebuah keahlian khusus, mengingat masa pubertas merupakan sebuah peralihan dari masa anak-anak ke usia remaja.
“Pada masa-masa ini siswa ABK membutuhkan sebuah penanganan khusus karena terdapat perubahan baik secara fisik maupun mental”.
Eko menambahkan program workshop ini nantinya memberikan sebuah pengetahuan baru yang harus dilakukan guru inklusi ketika menghadapi siswa ABK.
Sementara itu, Dr. Sartiningsih, M. Psi, narasumber dari psikolog UNESA menuturkan masalah remaja ABK sebagian besar diantaranya, kesulitan siswa ABK memahami hukum sosial di masyarakat. Menurutnya seringkali individu autistik laki-laki begitu saja mendatangi wanita yang ia sukai dan langsung bertanya apakah wanita tersebut mau pergi dengannya. Demikian pula munculnya perilaku menggosok-gosok alat kelaminnya di depan orang banyak, karena dia berpikir itulah salah satu cara memperoleh kepuasan.
“Oleh karena itu dibutuhkan sebuan penanganan yang baik, agar mereka bisa merubah perilakunya”.
Sartiningsih menambahkan, menurut Howlins (1997) penanganan permasalahan ABK ketika memasuki pubertas yakni melalui penumbuhan kesadaran akan diri sendiri, memperluas kontak sosial, menghindari potensi terjadinya masalah sejak anak-anak, memberikan pendidikan seksual, serta meningkatkan mutu kehidupan secara keseluruhan.
“Sejak masa anak-anak penting sekali menghindari perilaku yang bisa mengarah pada masa depan, misal tidak membiasakan membuka pakaian di depan umum, menyentuh bagian organ vital, dsb”.
Terkait pencegahan bahaya narkoba yang saat ini kerap kali menghinggapi pelajar usia sekolah, BNN Kota Surabaya turut memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba sampai pada cara pencegahannya. (Humas Dispendik Surabaya)